MAKLUMAT — Rencana Israel untuk mengambil alih kendali militer penuh atas Jalur Gaza menuai kecaman keras dari berbagai negara dan organisasi internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah negara seperti Yordania, Tiongkok, Turki, Australia, dan Inggris mendesak Israel untuk segera menghentikan rencana tersebut.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, menegaskan bahwa rencana Israel ini harus segera dibatalkan. Menurutnya, tindakan tersebut bertentangan dengan putusan Mahkamah Internasional yang meminta Israel mengakhiri pendudukannya di Gaza. “Ini juga mengancam solusi dua negara yang telah disepakati dan hak rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri,” kata Turk, seperti dilansir Arab News, Sabtu (9/8/2025).
Kecaman dari Timur Tengah hingga Barat
Yordania menjadi salah satu negara yang paling keras mengecam Israel. Duta Besar Sufian Al-Qudah menyebut rencana ini sebagai “perpanjangan kebijakan ekstremis Israel yang menggunakan kelaparan dan pengepungan sebagai senjata.” Raja Abdullah II bahkan secara langsung meyakinkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas tentang dukungan Yordania untuk mendirikan negara Palestina merdeka.
Senada dengan itu, Tiongkok menyatakan “keprihatinan serius” dan mendesak Israel untuk segera menghentikan tindakannya. “Gaza adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah Palestina,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
Di sisi lain, Turki menyebut langkah Israel ini sebagai “pukulan berat bagi perdamaian dan keamanan global.” Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk keras keputusan tersebut, menyebutnya sebagai bagian dari upaya “pemerintah fundamentalis Netanyahu” untuk melanjutkan genosida.
Australia dan Inggris Mendesak Pertimbangan Ulang
Dari kawasan Barat, Australia dan Inggris juga menyuarakan penolakan. Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, meminta Israel “untuk tidak menempuh jalan ini, yang hanya akan memperburuk bencana kemanusiaan di Gaza.” Ia juga menekankan bahwa pemindahan paksa permanen merupakan pelanggaran hukum internasional.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyebut keputusan Israel ini “salah.” “Tindakan ini tidak akan mengakhiri konflik atau membantu membebaskan para sandera. Ini hanya akan membawa lebih banyak pertumpahan darah,” ujarnya. Denmark juga turut mengecam, dengan Menteri Luar Negeri Lars Lokke Rasmussen yang menyatakan keputusan tersebut harus “segera dibatalkan.”
Israel Tetap Lanjutkan Rencana
Menanggapi kecaman yang masif, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tetap bersikeras dengan rencananya. Setelah pertemuan kabinet keamanan pada Jumat, kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa rencana untuk menguasai Kota Gaza telah disetujui.
Dalam pernyataannya, disebutkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan mengambil alih Kota Gaza sambil tetap memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di luar zona pertempuran. Netanyahu juga sempat menyebut Israel ingin menyerahkan wilayah tersebut kepada “pasukan Arab” yang akan mengelolanya, namun tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Comments