MAKLUMAT — Gencatan senjata yang baru saja disepakati antara India dan Pakistan, Sabtu (10/5/2025), ternyata tidak bertahan lama. Hanya beberapa jam setelah diumumkan, suara dentuman artileri dan tembakan kembali menggema di wilayah perbatasan Jammu dan Kashmir. Eskalasi ini mematahkan optimisme perdamaian di tengah konflik dua negara bertetangga yang sama-sama bersenjata nuklir.
Di Karachi, Pakistan, suasana sempat tenang. Hari Ahad yang biasanya sepi aktivitas memberikan ruang bagi rasa lega usai pengumuman gencatan senjata. Namun, euforia itu segera memudar. Sebagian warga menyuarakan kepuasan bahwa militer mereka telah menunjukkan ketegasan. “Saya senang pasukan kita membalas dengan keras. Kita tak bisa terus-menerus diserang tanpa memberikan respons,” ujar Ahmed Yar, warga Karachi kepada Al Jazeera.
Sentimen serupa bergema di India. Warga Amritsar yang sebelumnya siaga merah kini mulai kembali menjalani aktivitas normal. “Kami tidak ingin perang. Perdamaian harus dijaga, karena negara tidak bisa maju lewat konflik bersenjata,” kata seorang warga setempat kepada ANI.
Namun realitas di garis depan menunjukkan sebaliknya. Dentuman artileri, laporan serangan drone, dan pemadaman listrik masih terus menghantui kota-kota perbatasan. Sistem pertahanan udara diaktifkan kembali, memicu kepanikan seperti malam-malam sebelumnya.
India menuding Pakistan sebagai pihak pelanggar kesepakatan. Menteri Luar Negeri India, Vikram Misri, menegaskan militer telah diperintahkan untuk merespons setiap provokasi lebih lanjut. “Kami tak akan tinggal diam jika kesepakatan ini tidak dihormati,” tegas Misri dalam jumpa pers.
Di sisi lain, Islamabad membantah tudingan tersebut. Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Pakistan menegaskan komitmennya pada gencatan senjata dan menyerukan agar India melakukan hal serupa. “Kami menunjukkan pengendalian diri. India juga harus menjaga jalur komunikasi resmi,” tulis pernyataan tersebut.
Pertempuran empat hari terakhir dianggap sebagai yang terburuk sejak awal 1990-an. Total korban sipil tercatat mencapai 66 orang hingga Sabtu malam. Dunia internasional pun waspada, mengingat kedua negara memiliki arsenal nuklir aktif.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, mengonfirmasi bahwa kesepakatan gencatan senjata diraih pada pukul 17.00 waktu India setelah komunikasi langsung antara pimpinan militer kedua negara. Hotline militer juga kembali aktif. “Kami ingin perdamaian, namun bukan dengan mengorbankan kedaulatan,” ujarnya kepada Geo News.
Peran Amerika Serikat
Amerika Serikat mengklaim berperan dalam mediasi. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa kesepakatan ini adalah buah dari diplomasi intensif Washington. “Gencatan senjata penuh dan segera adalah kabar baik. Kami senang menjadi bagian dari proses ini,” tulisnya dalam pernyataan resmi.
Meski demikian, dampak diplomatik belum sepenuhnya surut. India masih memberlakukan pembatasan perdagangan, pembatalan visa, dan menghentikan implementasi Perjanjian Perairan Indus 1960. Dua pejabat India menyebut sanksi akan terus dipertahankan hingga situasi benar-benar stabil.
Sumber lain menyebut bahwa pertemuan badan pengawas nuklir Pakistan sempat direncanakan namun dibatalkan mendadak. Kementerian Pertahanan Pakistan membantah kabar tersebut.
Ketegangan kali ini dipicu oleh serangan udara India ke wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, Rabu (7/5). India mengklaim serangan itu menyasar infrastruktur teroris sebagai balasan atas pembunuhan 26 turis Hindu dua pekan sebelumnya. Pakistan membantah tuduhan keterlibatan.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyatakan bahwa dirinya dan Wakil Presiden JD Vance telah menjalani diplomasi maraton selama 48 jam dengan Perdana Menteri Narendra Modi dan Shehbaz Sharif. “Upaya ini belum selesai. Tapi ini langkah awal yang perlu dijaga,” ujarnya.