23.2 C
Malang
Minggu, Januari 19, 2025
TopikGencatan Senjata yang Disambut dengan Isak Tangis dan Sorak Sorai di Gaza

Gencatan Senjata yang Disambut dengan Isak Tangis dan Sorak Sorai di Gaza

Gencatan Senjata
Ribuan warga Palestina tumpah ruah ke jalan merayakan gencatan senjatta Israel-Hamas, Ahad (19/1). Foto: SS Al Jazeera

MAKLUMAT — Matahari yang terik tidak menyurutkan langkah ribuan warga Palestina tumpah ruah ke jalan-jalan di Gaza, Palestina, pada Ahad (19/1). Gencatan senjata antara Israel dan Hamas akhirnya dimulai, membawa angin lega setelah 15 bulan terperangkap dalam mimpi buruk yang tiada akhir.

Jalan-jalan yang sebelumnya sunyi karena ancaman rudal dan bom kini penuh dengan kehidupan. Derai tawa kebahagiaan berpadu isak penuh haru masih tampak di jalan-jalan. Warga Palestina bernapas lega di bawah bayang-bayang reruntuhan bangunan yang menjadi saksi bisu kekejaman perang.

Di makam-makam para syuhada, keluarga-keluarga berziarah. Di antara mereka ada Aya, seorang wanita pengungsi dari Kota Gaza. Dengan mata berkaca-kaca, ia mengenang kerabat yang telah tiada.

“Saya seperti menemukan air setelah tersesat di gurun selama 15 bulan. Saya hidup lagi,” katanya penuh haru seperti dilansir Arab News.

Sementara itu, di utara Gaza, di mana bom dan peluru menanamkan luka paling dalam, warga menyusuri puing-puing dan besi-besi yang remuk. Di kota Khan Younis, pejuang Hamas bersenjata mengarak kendaraan.

Mereka disambut sorak-sorai penduduk. Lagu-lagu perjuangan menggema, meskipun gencatan senjata sempat tertunda hampir tiga jam.

“Ini gencatan senjata penuh, dan kami tidak akan kembali ke medan perang,” ujar seorang pejuang kepada Reuters, merujuk pada Brigade Al-Qassam.

Sebuah kemenangan moral bagi mereka, tetapi luka-luka masih terlalu segar dalam ingatan untuk benar-benar dirayakan atau juga dilupakan.

Menatap Kehancuran, Merawat Harapan

Ahmed Abu Ayham, seorang ayah berusia 40 tahun, kembali ke Kota Gaza setelah berlindung di Khan Younis. Ia menemukan kotanya telah hancur lebur. “Tempat ini mengerikan,” katanya getir.

Baginya, gencatan senjata memang menyelamatkan nyawa, tetapi rasa sakit kehilangan dan trauma masih begitu nyata. “Sudah saatnya kita saling memeluk dan menangis,” ujarnya lirih.

Di jalan-jalan yang berserakan puing, kereta-kereta dorong membawa barang-barang rumah tangga yang selamat dari kehancuran. Bendera Palestina berkibar, sementara tangan-tangan gemetar mengabadikan momen ini lewat kamera ponsel. Mereka tahu, gencatan senjata hanyalah awal dari perjalanan panjang menuju pemulihan.

Bantuan yang Mulai Mengalir

Truk-truk bantuan juga mulai memasuki Gaza, membawa bahan bakar dan kebutuhan pokok. Program Pangan Dunia memastikan pasokan sudah melintasi perbatasan pada Minggu pagi.

Kesepakatan gencatan senjata ini membuka jalur untuk 600 truk setiap hari selama enam minggu pertama, termasuk 50 truk bahan bakar. Di utara Gaza, di mana kelaparan membayangi, bantuan menjadi garis hidup terakhir.

Namun, bagi banyak warga seperti Aya, perang mungkin telah berakhir, tetapi tantangan belum usai.

“Hidup kami tidak akan lebih baik. Kehancuran dan kerugian terlalu besar,” katanya. “Tapi setidaknya, saya berharap tidak ada lagi pertumpahan darah anak-anak dan perempuan.”

Ads Banner

Ads Banner

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer