MAKLUMAT – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI yang juga Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti, menghadiri Sarasehan Ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di The Sultan Hotel & Residence Jakarta, Selasa (4/2/2025) malam. Dalam forum ini, ia menjadi salah satu pembicara yang mengupas kebijakan Asta Cita Prabowo-Gibran dari sudut pandang Islam.
Dalam paparannya, Mu’ti mengangkat dua nilai penting dari Asta Cita, yaitu islami dan qurani. Ia mencontohkan kisah Thalut, seorang raja Bani Israil, yang dipilih sebagai pemimpin karena memiliki kelebihan ilmu yang luas dan fisik yang kuat. “Saya menyampaikan dua hal singkat saja, yang pertama, Asta Cita itu islami dan qurani. Karena kalau kita membaca Al-Quran, disebutkan bahwa Thalut itu menjadi pemimpin karena dia punya kelebihan,” ujarnya.
Canda Khas Mengundang Gelak Tawa
Kemudian, Mu’ti menyinggung bahwa nilai-nilai dalam Asta Cita sejalan dengan ajaran Al-Quran, terutama dalam poin keempat. Pada kesempatan inilah Mu’ti berseloroh dengan candaan bahwa kitab suci NU dan Muhammadiyah adalah Al-Quran yang sama.
“Saya kira itu Asta Cita nomor 4 itu sangat qurani. InsyaAllah Qurannya NU dan Muhammadiyah sama,” kelakarnya diiringi tawa kecil. Sontak candaan Mu’ti disambut riuh tawa dan tepuk tangan para ulama NU maupun tamu undangan yang hadir dalam forum tersebut.
Sorot Ketenagakerjaan dan Pendidikan
Lebih lanjut, dalam kesempatan itu selain membahas aspek kepemimpinan dalam Islam, Mu’ti juga menyorot soal pentingnya dunia ketenagakerjaan, di mana ia mengambil pelajaran dari kisah Nabi Musa AS dan Nabi Syuaib AS.
Dalam kisah tersebut, putri Nabi Syuaib AS memberi usul agar pekerja yang diangkat harus kuat dan dapat dipercaya. Mu’ti menekankan bahwa kekuatan yang dimaksud tidak hanya dalam aspek fisik, tetapi juga ilmu dan kompetensi. “Karena itu, kalau orang ingin masuk dunia kerja ya harus kuat. Tapi kekuatan orang masuk dunia kerja itu adalah kekuatan ilmu dan yang kedua kekuatan fisik tentu saja,” tandasnya.
Pria yang juga Guru Besar Bidang Pendidikan Islam itu menegaskan bahwa dunia masa depan akan ditentukan oleh ilmu dan pendidikan, sehingga investasi di bidang atau sektor tersebut menjadi kunci utama dalam membangun generasi unggul untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Sarasehan: Asta Cita dalam Perspektif Ulama
Sekadar informasi, giat Sarasehan Ulama NU tersebut digelar PBNU dalam rangkaian peringatan Hari Lahir (Harlah)ke-102 NU. Acara itu bertujuan untuk mengkaji kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang tertuang dalam delapan misi Asta Cita sebagai instrumen pembangunan nasional.
Selain Mendikdasmen Abdul Mu’ti, sejumlah tokoh jajaran Kabinet Merah Putih (KMP) lainnya juga tampak hadir, seperti Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas), Menteri Agama Nasaruddin Umar, hingga Menteri Sosial yang juga Sekjen PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul).