Gotong Royong Lintas Iman, Eco Bhinneka Muhammadiyah Banyuwangi Tuai Apresiasi

Gotong Royong Lintas Iman, Eco Bhinneka Muhammadiyah Banyuwangi Tuai Apresiasi

MAKLUMAT — Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah resmi menutup program Eco Bhinneka di Banyuwangi, Sabtu (12/7/2025). Penutupan ini berlangsung di Balai Desa Glagahagung dan dihadiri oleh 45 peserta dari kalangan anak muda lintas iman, komunitas AMONG (Anak Muda Eco Bhinneka Blambangan Banyuwangi), tokoh agama, perwakilan desa, dan Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Banyuwangi.

Kegiatan tersebut menjadi puncak sekaligus penutup dari program Inisiatif Bersama untuk Aksi Keagamaan yang Strategis (Joint Initiative for Strategic Religious Action), sebuah program kolaboratif Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah yang telah berjalan sejak 2022. Program ini mendorong gerakan pelestarian lingkungan berbasis nilai-nilai keagamaan dan inklusivitas antarumat beragama.

Selama tiga tahun berjalan sejak 2022, program ini sukses membangun kolaborasi lintas iman dalam pelestarian lingkungan. Masyarakat setempat ikut terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan sampah, kerja bakti di hutan, hingga produksi sabun dan loster ramah lingkungan.

Kepala Desa Glagahagung, Mimin Budiarti, menyampaikan kebanggaannya sebagai bagian dari desa dampingan Eco Bhinneka. Ia mengaku warganya kini lebih kompak dan terbuka dalam kegiatan lintas kelompok. “Dulu sulit mengajak warga lintas iman kerja bakti di hutan. Sekarang justru jadi kegiatan rutin yang menyatukan kami,” ujar Mimin.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Ariati Dina Puspitasari, mengungkapkan rasa syukurnya atas keterlibatan aktif perempuan muda dalam program ini. Ia menilai program Eco Bhinneka sejalan dengan gerakan Keluarga Tangguh yang mengedepankan peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan berbasis keluarga.

Baca Juga  Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno: Perempuan Harus Berani Tembus Parlemen, Bukan Sekadar Lowongan Kerja

“Kami berterima kasih kepada Ibu Kepala Desa dan warga Glagahagung yang mendukung penuh kegiatan ini. Kehadiran AMONG memberi ruang belajar bagi anak muda lintas iman dalam mengenal keberagaman dan peduli lingkungan,” jelas Ariati.

Ia juga menambahkan bahwa pelatihan pembuatan loster dan sabun ramah lingkungan tidak hanya membentuk kepedulian, tetapi membuka peluang ekonomi bagi warga. “Kami ingin pelatihan ini terus berkembang agar bisa menjadi sumber penghidupan masyarakat,” tegasnya.

Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan, menegaskan pentingnya aksi nyata sebagai jembatan membangun kepercayaan antarumat beragama. “Anak muda tidak cukup berdialog di ruangan. Mereka harus turun ke lapangan, bekerja bersama, dan memberi contoh,” kata Hening.

Ia menyampaikan bahwa program ini berhasil melahirkan Modul Eco Bhinneka serta 100 Duta Green Nasyiah yang tersebar di seluruh Indonesia. Para duta ini aktif di berbagai isu, mulai dari pengelolaan sampah, energi terbarukan, hingga pemberdayaan perempuan.

Hening juga mengumumkan rencana program lanjutan bernama SMILE (Strengthening Youth Multifaith Leader Initiative on Climate Justice through Ecofeminism). Selama dua tahun ke depan, program ini akan fokus pada penguatan kepemimpinan anak muda lintas iman melalui pendekatan keadilan iklim dan ekofeminisme.

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi, Dr. Mukhlis Lahuddin, menyambut baik gerakan ini. Ia menyebut kegiatan Eco Bhinneka sebagai wujud nyata praktik ajaran agama dalam membawa kedamaian dan kebermanfaatan.

Baca Juga  Amanah Tanwir 1, Nasyiatul Aisyiyah Harus Ambil Peran Kebangsaan Lewat Jalur Kultural

“Kalau agama tidak membawa kedamaian, berarti kita belum merasakan nikmatnya beragama,” ujarnya. Ia mengajak semua pihak menjadikan kegiatan seperti membuat sabun ramah lingkungan atau membersihkan sungai sebagai bagian dari ibadah sosial.

Dr. Mukhlis juga mengibaratkan beragama seperti sajadah. “Ada sajadah pendek (urusan pribadi), sajadah panjang (urusan sosial), dan sajadah luas (urusan lintas iman). Semakin luas sajadah itu, semakin besar kontribusi kita untuk masyarakat dan lingkungan,” jelasnya.

Lintas Iman

Tokoh agama Kristen, Wiyono, ikut memberi apresiasi. Ia menilai Eco Bhinneka sebagai program yang membawa harapan bagi masa depan bumi. “Kita menghirup udara yang sama, punya tanggung jawab yang sama. Kalau kegiatan seperti ini menyebar, mungkin konflik bisa berkurang,” katanya.

Tokoh Katolik, Widodo, menyoroti semangat kaum muda dalam gerakan ini. Ia menyebut militansi anak-anak muda AMONG sebagai teladan. “Kalau semua kecamatan punya program seperti ini, DLH akan sangat terbantu. Kami siap mendukung,” ujarnya.

Tokoh Buddha, Eka, mengungkapkan bahwa Eco Bhinneka membuka ruang silaturahmi dan menumbuhkan rasa memiliki di antara umat beragama. “Awalnya kami sungkan, tapi setelah bergabung, kami merasa bagian dari gerakan ini,” katanya.

Ketua PWNA Jawa Timur, Desi Ratnasari, menegaskan bahwa kader Nasyiatul Aisyiyah sudah berperan sebagai eco-influencer di tengah masyarakat. “Merawat bumi adalah ibadah. Keberagaman adalah kekuatan. Kami ingin kader NA terus menjadi penggerak perubahan,” ujarnya.

Baca Juga  Sukses Green Nasyiah, PP NA Ingin Membuat Program Wakaf Hutan

Kepala UPT Pengelolaan Persampahan DLH Banyuwangi, Amrullah, mengakui bahwa Eco Bhinneka berkontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan. Ia menyebut program ini mendukung strategi Banyuwangi Hijau yang mengusung konsep daur ulang dan ekonomi sirkular.

“Kami mendorong sinergi semua pihak untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan darurat sampah. Kehadiran gerakan seperti Eco Bhinneka sangat kami apresiasi,” pungkas Amrullah.

Acara penutupan ini bukan hanya merayakan akhir program. Lebih dari itu, Eco Bhinneka berhasil membuktikan bahwa gotong royong lintas iman bisa menjadi kekuatan besar untuk menjaga bumi—dari desa, oleh anak muda, untuk masa depan.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *