Guru Besar Unair Dorong Persyarikatan untuk ‘Memuhammadiyahkan Tambang’

Guru Besar Unair Dorong Persyarikatan untuk ‘Memuhammadiyahkan Tambang’

MAKLUMAT – Guru Besar Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Suparto Wijoyo SH MHum, memuji langkah Muhammadiyah yang berani menerima izin konsesi tambang dari pemerintah. Menurutnya, organisasi ini telah terbukti kompeten dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya.

“Kalau nanti ada orang Muhammadiyah yang tidak benar ngelola tambang, berarti dia kader KW,” ujarnya dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2025 yang digelar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Aula Mas Mansyur, Gedung PWM Jatim, Ahad (14/12/2025).

Suparto menegaskan, Muhammadiyah sudah teruji oleh zaman. Di manapun berkiprah, organisasi ini selalu menunjukkan profesionalisme dan kompetensi. Oleh karena itu, ia yakin pengelolaan tambang oleh Muhammadiyah akan berjalan baik.

Ia juga menyoroti masih ada sebagian pihak yang ragu dengan keterlibatan Muhammadiyah di sektor tambang. Menurut Suparto, keraguan itu muncul karena paradigma anti-tambang yang telah tertanam kuat. Ia menilai pandangan tersebut tidak realistis.

“Kursi yang anda duduki ini, adalah produk tambang. Laptop ini juga, baterainya adalah hasil dari hilirisasi nikel. Itu produk pertambangan,” jelasnya.

Suparto menekankan, banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang berasal dari tambang. Masyarakat membutuhkannya, dan keberadaan tambang tidak bisa dihindari. Yang penting, menurut dia, adalah cara pengelolaannya.

“Di situ lah maka penting yang namanya tata ruang. Kan yang salah kan selama ini adalah penyalahgunaan ruang,” ujarnya.

Baca Juga  Sempat Ditemui Khofifah, Massa Aksi Bakar dan Jarah Gedung Grahadi

Perlu diketahui, acara ini bertemakan Membaca Arah Perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jatim: Dari Reforma Agraria Menuju Keadilan Antar Generasi. Bagi Suparto, tema ini relevan dengan banyak persoalan mendesak di masyarakat.

Ia menegaskan, berbagai masalah yang muncul, termasuk dampak negatif tambang, sebenarnya disebabkan oleh kegagalan tata ruang. Menurutnya, yang salah bukan tambangnya, tetapi pengelolaan tata ruang yang tidak tepat.

Oleh karena itu, Suparto menekankan pentingnya pengelolaan tata ruang yang tepat. Ia juga kembali menyatakan keyakinannya terhadap Muhammadiyah. “Kalau bisa nanti harus bagaimana caranya Memuhammadiyahkan tambang,” pesannya.

Sebagai informasi, acara ini diselenggarakan oleh kolaborasi sejumlah elemen di PWM Jatim, meliputi Majelis Hukum dan HAM (MHH), Majelis Pendayagunaan Wakaf (MPW), Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP), Majelis Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (MLHPB), serta Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik (LBHAP).​​

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *