Guyonan Abdul Mu’ti: Cak Imin Menko Urusan Abdul, Guys!

Guyonan Abdul Mu’ti: Cak Imin Menko Urusan Abdul, Guys!

MAKLUMAT – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, tampil beda saat jadi pembicara di Konferensi Internasional Transformasi Pesantren yang digelar Dewan Syuro DPP PKB di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (24/6/2025) lalu.

Alih-alih berpidato serius, Mu’ti malah tampil layaknya komika. Gaya stand-up comedy dibawanya luwes—mulai dari kisah nilai merah, plesetan “Guys” dan “Gus”, hingga roasting para tokoh besar negeri ini. Tokoh-tokoh yang hadir dan kena guyonan Mu’ti antara lain, Wakil Presiden ke-13, K.H Ma’ruf Amin,  Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Menteri Agama Nasaruddin Umar.

“Waktu kecil, nilai matematikaku sempat merah. Waktu kelas 5, nilainya lima. Guruku bilang, ‘Enggak apa-apa Mu’ti, matematika enggak ditanya di akhirat’,” kata Mu’ti disambut tawa peserta dikutip dari tayangan akun Youtube @Ayo Sinau786.

Tapi, lanjutnya, makin dewasa makin sadar. “Lha justru akhirat itu ya soal matematika. Ada yaumul hisab. Hari perhitungan! Kalau salah itung bisa njeglek ke neraka. Ini bukan soal Komisi 10 DPR, lho. Malaikat enggak boleh salah hitung,” celetuknya, kali ini disambut tepuk tangan sambil ngakak.

Dalam pidato penuh guyon tapi berbobot itu, Mu’ti menyebut pesantren sebagai jembatan peradaban. Ia meyakini, santri punya peluang besar jadi pemain global. Dunia hari ini, menurutnya, sedang menghadapi konvergensi besar-besaran—agama, politik, sosial, budaya—dan pesantren berada di tengah pusaran itu.

Baca Juga  Empat Fenomena Ini Jadi Tantangan Serius Peradaban Manusia

“MUNU itu sekarang jadi tren,” ucapnya, menyebut perpaduan Muhammadiyah dan NU. “Saya anak Muhammadiyah dipanggilnya ‘Guys’. Kalau NU dipanggil ‘Gus’. Makanya Cak Imin itu Gus, saya ini Guys,” ujarnya, melirik Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang ikut hadir.

Mu’ti juga menggoda wapres seniornya, K.H. Ma’ruf Amin. “Beliau ini inspirasi saya. Pernah sekolah di SMA Muhammadiyah, cuma ya… nggak lulus. Kalau lulus mungkin sekarang jadi Ketum PP Muhammadiyah,” katanya sambil tergelak.

Tak cuma soal guyonan, Mu’ti juga menyentil pentingnya santri menguasai STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). “Ilmu itu bagian dari ayat-ayat Allah. Fisika, matematika, itu juga ilmu agama. Hari perhitungan nanti itu ilmu hitung-hitungan semua,” sergahnya.

Ia mendorong kurikulum pesantren agar lebih terbuka pada inovasi. Santri harus belajar astronomi, teknologi, sampai matematika faraidh (ilmu waris). “Kalau urusan waris salah hitung, bisa-bisa cucu yang dapat, padahal mestinya istri tua. Bahaya itu,” ujarnya.

Mu’ti juga mengutip Kishore Mahbubani dalam The Great Convergence. Menurutnya, dunia sedang menuju titik temu antarperadaban. “Wajah-wajah baru Eropa sekarang adalah wajah Muslim. Di Prancis, Inggris, Eropa Utara. Mereka religius tapi adaptif dan punya daya saing,” jelasnya.

Karena itu, pesantren jangan cuma sibuk ngaji kitab kuning, tapi juga harus melek digital dan teknologi. “Pesantren bukan menutup diri dari dunia, tapi justru membuka diri untuk menjelajahi dunia,” tandasnya.

Baca Juga  Program Makan Siang Bergizi Jadi Sarana Pembentukan Karakter Siswa

Menutup pidatonya, Mu’ti menyerukan semangat hijrah bagi santri. Hijrah bukan hanya pindah tempat, tapi pindah mindset. “Santri jangan takut tampil. Harus jadi pemimpin bangsa dan dunia,” ujarnya.

Dan tentu saja, tak lupa ia menggoda Cak Imin lagi. “Di kabinet itu ada tiga Abdul. Abdul Muhaimin Iskandar, Abdul Kadir Karding, dan Abdul Mu’ti. Jadi, Cak Imin ini Menko Urusan Abdul,” kata Mu’ti sambil ngikik.

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *