MAKLUMAT — Mantan Majelis Pakar sekaligus Bendahara Umum PPP era Hamzah Haz, Habil Marati mengingatkan agar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak menjauh dari akar perjuangannya sebagai partai umat Islam.
Menurutnya, PPP kini menghadapi krisis bukan karena ideologi yang usang, melainkan karena perilaku kader yang lebih mengejar kekuasaan daripada amanah perjuangan.
“PPP dulu partai ideologis, kini berubah menjadi alat kekuasaan. Banyak kader lebih sibuk mengejar jabatan daripada membesarkan partai,” ujar Habil dalam forum Silaturahmi Habaib, Kiai, dan Tokoh PPP se-Jawa Timur di Surabaya, Sabtu (18/10).
Habil menilai keterpurukan PPP disebabkan oleh lemahnya loyalitas internal dan praktik-praktik pragmatis yang menjauh dari nilai-nilai dasar partai.
Ia menyoroti penyalahgunaan dana saksi, pencalonan figur eksternal tanpa basis ideologis, hingga keputusan politik yang kerap tidak berpihak pada aspirasi umat.
“PPP hancur bukan karena kekalahan ideologi, tapi karena dikelola oleh orang-orang yang menganggap partai sebagai ladang fulus, bukan ladang perjuangan,” tegasnya.
Ia mengajak para tokoh dan kiai di Jawa Timur untuk melakukan gerakan penyelamatan partai dari dalam, termasuk menolak hasil muktamar yang dianggap cacat legitimasi serta mendorong perombakan menyeluruh kepengurusan yang tidak produktif.
“PPP adalah amanah ulama. Jangan jadikan partai ini sekadar alat transaksi politik,” tegas Habil.
Dalam pandangan Habil, kebangkitan PPP hanya mungkin terjadi jika partai ini kembali ke akar ideologi dan semangat awalnya, yakni memperjuangkan umat, bukan menumpang pada arus kekuasaan. Habil juga menegaskan dukungannya terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, namun dengan catatan bahwa PPP harus lebih dulu membersihkan dirinya.
“Kita wajib mendukung Prabowo sebagai bagian dari siasah umat, bukan karena kepentingan kekuasaan. Tapi PPP harus disucikan dulu. Jika tidak, kita akan terus mengulang siklus kehancuran,” pungkasnya.