Hadapi Lonjakan Nataru dan Cuaca Ekstrem, DPR RI Dorong Kesiapsiagaan Negara Terpadu

Hadapi Lonjakan Nataru dan Cuaca Ekstrem, DPR RI Dorong Kesiapsiagaan Negara Terpadu

MAKLUMATAnggota Komisi V DPR RI Teguh Iswara Suardi menegaskan keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama negara dalam menghadapi arus libur Natal 2025, dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Hal ini karena di tengah lonjakan mobilitas publik dan ancaman cuaca ekstrem, negara tidak boleh lengah dan harus hadir melalui sistem kesiapsiagaan yang terpadu dan responsif.

Teguh mengapresiasi langkah Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) yang telah membentuk unit-unit siaga hingga tingkat kabupaten, khususnya di wilayah rawan bencana. Namun efektivitas unit tersebut akan optimal jika diperkuat koordinasi lintas sektor.

“Unit siaga Basarnas harus terintegrasi dengan Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, dan kepolisian. Koordinasi yang jelas akan membuat respons di lapangan lebih cepat, tepat, dan terukur,” ujar Teguh di Jakarta, Senin (15/12/2025)

Politisi dari daerah pemilihan Sulawesi Selatan II itu juga menyoroti kesiapan posko-posko terpadu yang dibentuk untuk menghadapi Nataru. Pasalnya, posko-posko tersebut tidak boleh hanya menjadi simbol kehadiran negara, tetapi harus berfungsi nyata dalam kondisi darurat.

“Posko bukan formalitas. Fasilitasnya harus memadai, termasuk layanan kesehatan, terutama bagi ibu hamil dan kelompok rentan. Ini menyangkut keselamatan nyawa,” tegasnya.

Selain aspek kesiapsiagaan bencana, Teguh turut menyoroti persoalan kelelahan pengemudi yang kerap menjadi pemicu utama kecelakaan lalu lintas selama Nataru.  Ini karena ketersediaan kantong parkir dan rest area menjadi kebutuhan mendasar, terutama di Pulau Jawa sebagai pusat pergerakan arus mudik dan balik.

Baca Juga  BMKG: Potensi La Nina di Indonesia Capai 70 Persen, Tapi Dampaknya Diprediksi Tak Ekstrem

“Pengemudi butuh ruang aman untuk berhenti dan beristirahat. Kantong parkir dan rest area bukan fasilitas tambahan, tetapi instrumen penting pencegahan kecelakaan,” ujarnya.

Teguh menilai cuaca ekstrem yang hampir selalu menyertai periode Nataru kini harus dipahami sebagai kondisi normal baru. Karena itu, ia meminta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkuat sistem peringatan dini dan edukasi publik dengan pendekatan yang lebih kreatif dan masif.

“Edukasi cuaca harus out of the box. Manfaatkan media sosial, media konvensional, hingga pesan langsung seperti WhatsApp blast agar informasi benar-benar sampai ke masyarakat,” katanya.

Dia berharap melalui penguatan sinergi antarinstansi, kesiapan infrastruktur, dan peningkatan kesadaran publik, penyelenggaraan Nataru 2025–2026 dapat berlangsung aman, lancar, sertarisiko kecelakaan dan bencana di seluruh wilayah Indonesia.

*) Penulis: R Giordano

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *