MAKLUMAT — Suasana yang rukun membuat kehidupan kita semakin aman dan damai, sehingga kita semua diharapkan untuk mampu mengoptimalkan kerukunan, lebih lebih di era post thruth ini hendaknya kita tetap semangat bersama tokoh agama untuk lebih berkeadaban, bukan bermusuhan.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur, Eddy Supriyanto, dalam naskah sambutannya yang dibacakan Kabid Ketahanan Ekososmed Agus Imantoro, dalam forum Sosialisasi Tantangan Kerukunan Umat Beragama di Era Post Thruth, Sabtu (9/8/2025).
Agenda tersebut dihadiri perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten/Kota se-Wilayah Kerja Surabaya, yakni meliputi Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Sidoarjo, Mojokerto, Kota Mojokerto, dan Kota Surabaya.
“Memerhatikan dinamika kerukunan sosialisasi tantangan kerukunan umat beragama di era post thruth ini begitu penting, sehingga melalui sosialisasi ini keterlibatan FKUB diharapkan lebih optimal, melalui kegiatan ini memiliki makna sebagai bahan evaluasi, sarana komunikasi sekaligus konsolidasi sebagai upaya positif konstruktif. Dan diharapkan FKUB mampu memetakan persoalan yang ada, untuk menjaga kerukunan serta terciptanya Jawa Timur aman dan kondusif,” ujar Eddy.
Di sisi lain, Prof Dr Biyanto MAg yang merupakan narasumber sekaligus anggota FKUB Jatim, mengajak para peserta untuk melakukan refleksi, dengan melontarkan pertanyaan mendasar. “Mengapa kita harus rukun?” sorotnya.
Menukil Al-Quran Surat An-Nur ayat 11-21, Biyanto menyebut bahwa manusia telah diberi petunjuk oleh Allah Swt tentang bahaya penyebaran informasi hoaks dan perlunya klarifikasi atau bertabayun.
“Dan jangan merasa bangga menjadi yang pertama menyebarkan informasi tanpa adanya klarifikasi atau tabayun, karena akan menjadi permasalahan yang sangat berat, untuk itu bangun kerukunan bukan permusuhan,” sebutnya.
“Sudah banyak orang yang menjadi korban hoaks, dan celakanya yang hoax ini terus diviralkan dan akan dipersembahkan sebagai kebenaran, untuk itu kita harus berhati-hati,” sambung pria yang juga menjabat Staf Ahli Kemendikdasmen RI.
Di era post thruth saat ini, lanjut Biyanto, maraknya kebohongan dan kepalsuan diulang-ulang, sehingga dianggap sebagai kebenaran, ditandai disinformasi, hoaks, dan bias media sosial, sehingga opini atau persepsi yang diyakini sebagai kebenaran dikonstruksi berdasarkan kepentingan.
Di sisi lain, Prof I Nyoman yang juga menjadi salah satu narasumber, menekankan pentingnya pendidikan sebagai penguatan karakter kejujuran sebagai budi pekerti yang luhur untuk menopang kehidupan yang rukun dan damai.
Menurutnya, ada ‘empat guru’ untuk pendidikan persatuan bangsa, yakni orang tua, sekolah, pemerintah, dan rohaniawan. “Sehingga upaya mewujudkan kerukunan dan persatuan bangsa harus terus ditingkatkan,” ajaknya.
“Jangan berjalan di depan saya, dan saya tidak akan mengikuti anda, jangan berjalan di belakang saya, saya tidak akan memimpin anda, berjalanlah di samping saya, karena kita bersaudara,” imbuhnya.
Sementara itu, anggota FKUB Jatim lainnya, KH Jazuli, mengajak para peserta agar kembali dan memperkokoh agama masing-masing, dengan demikian diharapkan bakal menemukan pentingnya kerukunan dan persaudaraan. “Bersama pemerintah kita harus hadir untuk berupaya mencegah terjadinya radikalisme digital,” tandasnya.
Ketua Komisi PPRK MUI Jatim, Dr Udji Asiyah, yang juga bertindak sebagai moderator forum tersebut, menyoroti sejumlah hal krusial, seperti strategi dan model kerukunan, pendirian rumah ibadah, maraknya isu isu SARA di media sosial, pembinaan eks Narapidana teroris dan Pemberdayaannya, hingga kebutuhan anggaran untuk penguatan program FKUB.
Di akhir forum, Agus Imantoro memberikan closing statement dengan menyampaikan bahwa persoalan keagamaan yang ada sangat dinamis dan memiliki potensi bakal berlangsung secara berkepanjangan.
Sebab itu, ia menandaskan perlu dan pentingnya perhatian seluruh elemen, terutama FKUB, dalam menjaga kerukunan. “Jangan seperti pemadam kebakaran, yang hanya diperlukan saat ada masalah. Maka peran FKUB begitu berarti dan sangat membantu dalam mewujudkan kerukunan,” tegasya.
“Bangun komunikasi dan sinergi untuk penguatan program FKUB sehingga dukungan anggaran sangat diperlukan untuk mengoptimalkan realisasi program kerukunan,” tambah Agus.