Haedar Nashir Serukan Persatuan Bangsa Hadapi Bencana dan Dinamika Kebangsaan

Haedar Nashir Serukan Persatuan Bangsa Hadapi Bencana dan Dinamika Kebangsaan

MAKLUMAT — Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi, menegaskan pentingnya seluruh elemen bangsa untuk bersatu dalam menghadapi situasi kebencaan serta berbagai dinamika kebangsaan yang terjadi.

Hal itu ia sampaikan dalam Refleksi Akhir Tahun 2025 yang ditayangkan di kanal YouTube Muhammadiyah Channel pada Rabu (31/12/2025).

“Bangsa Indonesia mengawali tahun 2026 dengan menyisakan luka akibat bencana banjir di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan daerah lainnya. Suatu musibah berat yang tentu tidak dikehendaki dan mesti kita hadapi bersama,” bukanya.

Sebab itu, Haedar menyatakan dukungan terhadap imbauan untuk menyambut tahun baru 2026 tidak dengan pesta dan euforia, lantaran situasi krisis kebencanaan yang tengah dihadapi oleh warga Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, maupun di berbagai daerah lainnya.

Menurut Haedar, masyarakat di Pulau Sumatera dan berbagai wilayah Indonesia lainnya memiliki kesabaran, kekuatan, serta semangat yang tinggi, dengan modal ruhaniyah dan modal sosial yang mampu untuk bangkit bersama.

Hal itu bukan tanpa alasan, ia menilai bahwa rakyat Indonesia telah teruji dan tangguh dalam menghadapi situasi kritis akibat bencana, dengan semangat persatuan dan empati untuk bangkit bersama. Mulai dari bencana tsunami Aceh dan Kepulauan Nias tahun 2004, gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006, gempa bumi di Padang Sumatera Barat tahun 2009, gempa bumi di Sulawesi Tengah tahun 2018, serta berbagai bencana di kawasan lainnya.

“Pengalaman musibah berat itu mejadikan diri Bangsa Indonesia tentu memiliki kekuatan batin dan ketangguhan sosial yang besar, dan semua itu melalui proses perjuangan yang tidak ringan. Namun dengan semangat kebesamaan dapatlah badai musibah itu dilalui bersama,” kata Haedar.

Perkuat Jiwa, Pikiran, dan Orientasi Tindakan

Dalam seruannya, Haedar juga mengajak seluruh warga dan elite bangsa untuk terus memperkuat jiwa, pikiran, dan orientasi tindakan yang luhur berbasis hikmah kebijaksanaan dalam menghadapi setiap musibah dan dinamika kehidupan kebangsaan.

Baca Juga  Hikmah Peristiwa G30S/PKI: Alarm Sejarah, Iman, dan Pancasila

“Mari lakukan refleksi spiritual, intelektual, dan sosial dalam kehidupan kebangsaan, agar perjalanan ke depan semakin terarah di jalan yang benar dan lebih tercerahkan,” ajaknya.

“Lebih khusus, bagaimana merenungkan kembali sekaligus merawat nilai-nilai ketuhanan dan relasi habluminallah yang diajarkan oleh setiap agama yang hidup di negeri tercinta, sebagaimana nilai substansial bernegara yang terkandung di dalam Pancasila sebagai fondasi dasar Negara Republik Indonesia,” sambung Haedar.

Menukil Surat Al-Hadid Ayat 22: “Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah,” Haedar menekankan bahwa bagi kaum beriman, hidup dan mati, anugerah dan musibah, serta segala hal yang terjadi di dunia ini tidak lepas dari kuasa Allah.

Mengkaji Penyebab Bencana

Lebih lanjut, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu menegaskan bahwa langkah terpenting saat ini adalah untuk mengatasi situasi kritis akibat bencana, hingga fase rehabilitasi dan rekontruksi.

“Tuntutan untuk mengkaji sebab-musabab di sekitar banjir terkait kondisi ekosistem, sungai, hutan, dan alam sekitar sangatlah baik dan penting,” sebutnya.

“Namun, mengikuti kaidah keagamaan mencegah darurat lebih diutamakan daripada mendatangkan kemaslahatan, maka mari saat ini semua fokus melakukan segala usaha penanggualangan dampak bencana. Kemudian berlanjut ke fase rehabilitasi dan rekonstruksi,” lanjut Haedar.

Menurut Haedar, di tengah situasi bencana, spirit bangkit mesti dibangun oleh seluruh pihak, bukan menebar keriuhan, kekalutan, dan suasana pesimis. Bangsa ini harus tangguh dan bangkit dalam menghadapi bencana maupun tantangan kehidupan lain, seberat apapun.

Ia juga mengapresiasi seluruh pihak yang telah bersama-sama dan bekerjasama mengatasi situasi kritis dan membantu penanganan bencana di Sumatera.

“Kami menaruh hormat kepada saudara-saudara korban terdampak bencana yang masih terus berjuang mengatasi kesulitan dengan kesabaran dan semangat kebersamaan yang tinggi. Kami juga memberi apresiasi tinggi kepada seluruh anggota TNI, Polri, aparat pemerintahan, para sukarelawan, dan seluruh anak bangsa yang tetap gigih membantu saudara-saudara korban terdampak, dan memulihkan keadaan yang penuh kesulitan dengan pengorbanan yang luar biasa,” ucapnya.

Baca Juga  Anies Harus Gandeng Sohibul Iman Jika Masih Ingin Bersama PKS

“Kita sungguh mampu mengatasi musibah besar ini jika seluruh anak bangsa bersatu dalam ikatan persaudaraan yang utuh dan penuh kasih sayang satu sama lain,” imbuh Haedar.

Pascabencana, lanjut Haedar, terbuka peluang mengkaji kondisi ekosistem Indonesia secara menyeluruh. Namun, ia juga menggarisbawahi agar kajian-kajian tersebut benar-benar dilakukan secara objektif dengan pendekatan multidisipliner dan multiperspektif.

Harapannya, hasil dari kajian-kajian yang objektif tersebut akan mampu membawa transformasi dalam mitigasi kebencanaan dan memperbaiki berbagai aspek dalam menata Indonesia yang lebih baik di masa depan.

“Kajian-kajian hendaknya dilakukan secara objektif dengan pendekatan multidisipliner dan multiperspektif, yang didukung riset lapangan yang andal, agar hasil kajian mendekati kebenaran yang substansial dan menyeluruh,” tandasnya.

“Bersama dengan itu, mari menata Indonesia di bidang politik, sosial, ekonomi, tata ruang, lingkungan, dan semua aspek secara benar dan tersistem menuju Indonesia yang lebih baik dan berkemajuan,” tambah Haedar.

Tak cuma itu, Haedar menandaskan bahwa Muhammadiyah percaya Presiden Prabowo Subianto dengan ketegasan dan otoritasnya yang kuat dapat memimpin langkah-langkah extraordinary dalam fase penanggulangan bencana maupun dalam kearifan memimpin Bangsa Indonesia ke masa depan yang lebih baik.

“Jika kepemimpinan nasional dan daerah benar-benar mampu memberikan kepastian arah yang jelas dalam memecahkan masalah berat dan dinamika berbangsa saat ini, maka seluruh rakyat Indonesia berdiri di belakang dengan tingkat kepercayaan yang tinggi,” sebutnya.

Memperkuat Kohesivitas Bersama

Lebih jauh, Haedar menilai bahwa Indonesia saat ini dan ke depan menuntut kohesivitas hidup bersama, baik dalam menghadapi bencana, maupun berbangsa dan bernegara. Dasar Persatuan Indonesia dan bhineka tunggal ika, kata dia, mesti menjadi patokan hidup bersama dalam menghadapi situasi sesulit apapun, maupun dalam dinamika berbangsa.

Baca Juga  Per 7 Desember, Permohonan Sengketa Pilkada Serentak 2024 ke MK Capai 115 Pengajuan

“Jadikan keduanya sebagai nilai yang hidup atau living value dan teraktualisasi dalam kehidupan bersama,” tegas pria berkacamata itu.

Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk membangun kebersamaan yang tulus dan autentik, serta menjauhi berbagai hal yang dapat menimbulkan perpecahan, menjauhi saling hujat, saling tuding, saling membodohkan, ataupun menumpahkan amarah, yang menjadikan kehidupan berbangsa seperti bara api yang dapat berpotensi membawa bencana baru dalam kehidupan kebangsaan.

“Jaga kerukunan dan kehormatan antar-komponen bangsa yang menjadi penopang kuat ke-Indonesia-an. Kedepankan sikap saling memuliakan antarmanusia dari mana pun latar belakangnya sebagai insan fii ahsanitaqwim atau sebaik-baik ciptaan Tuhan. Jangan saling merendahkan dan menjatuhkan antarsuku bangsa, karena seluruhnya merupakan penyangga utama bangunan Indonesia,” serunya.

Menurut Haedar, dalam suasana dan situasi kritis maupun normal, Bangsa Indonesia dituntut untuk semakin dewasa dalam berfikir, bersikap, dan bertindak yang serba utama, agar Indonesia tetap utuh dan maju dalam segala bidang kehidupan, baik dalam menghadapi musibah maupun hidup berbangsa diperlukan kearifan dan keteladanan tingkat tinggi dari seluruh pihak.

Ia juga menyerukan agar masyarakat dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dan media sosial (medsos) secara bijak, dewasa, dan arif, untuk menebarkan kesejukan dan merawat persatuan antaranak bangsa.

“Gunakanlah media sosial untuk menyatukan kebersamaan dan membantu saudara-saudara tercinta yang terdampak bencana maupun memerlukan uluran tangan mengatasi kesulitan hidup di seluruh tanah air tercinta,” ajaknya.

Sebaliknya, Haedar menekankan supaya jangan sampai kemajuan medsos justru menjadi wahana perseteruan yang mengoyak persatuan dan kebersamaan, yang disebutnya memiliki harga terlalu mahal.

“Bila bangsa ini pecah disebabkan para warganya tidak mampu menahan diri dalam bermedia sosial, alangkah ruginya hidup ini jika manusia menjadi korban kebebasan media sosial yang liar. Padahal seluruh warga bangsa sejatinya saling memerlukan untuk hidup bersama dalam harmoni dan keadaban tinggi,” sorotnya.

*) Penulis: Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *