Haedar Nashir Tegaskan Pentingnya Tafsir At-Tanwir Bangun Pandangan Islam Berkemajuan

Haedar Nashir Tegaskan Pentingnya Tafsir At-Tanwir Bangun Pandangan Islam Berkemajuan

MAKLUMAT – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan pentingnya Tafsir At-Tanwir sebagai rujukan intelektual dan spiritual dalam membangun pandangan Islam berkemajuan. Hal ini ia sampaikan dalam keynote speech pada Konferensi Mufasir Muhammadiyah ke-3 di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (28/8/2025).

Menurut Haedar, sejak membaca Tafsir At-Tanwir Jilid I, ia menemukan penjelasan mendalam tentang epistemologi dan kosmologi Al-Qur’an, khususnya dalam memahami QS. Al-Baqarah ayat 29-30. “Ini menjadi kunci penting dalam merelasikan urgensi tafsir tersebut dalam kehidupan,” ujar Haedar dalam keterangan tertulis.

Haedar menyinggung karya sejarawan Steven Runciman dalam The Last Byzantine Renaissance yang menunjukkan bagaimana perpaduan sains, nalar, dan objektivitas mampu membangun peradaban modern. Namun, ia mengingatkan bahwa problem terbesar dunia modern terletak pada kosmologi yang semata-mata fisik dan materialistik. Pandangan reduktif ini, katanya, melahirkan krisis kemanusiaan dan kerusakan ekosistem global seperti perubahan iklim.

“Semua itu berangkat dari kerapuhan pandangan kesemestaan masyarakat modern yang bersifat materialistik semata,” ujar Haedar.

Ia menambahkan, masyarakat Barat modern pernah bergeser dari teosentrisme abad pertengahan menuju humanisme sekuler, dan kini muncul indikasi kembalinya spiritualisme serba teosentris. “Kita jangan sampai mengulang sejarah Barat abad pertengahan, yang serba teosentris dan terputus dari kemanusiaan, ekosistem, pluralisme, dan sains,” tegasnya.

Bagi Muhammadiyah, Islam sejak awal hadir untuk mengintegrasikan kehidupan secara utuh: dunia dan akhirat, jiwa dan raga, langit dan bumi. “Relasi itu saling terkoneksi. Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, tapi ibadah tidak boleh terputus dari dimensi kemanusiaan,” katanya.

Baca Juga  Pesan Wawali Blitar untuk LHKP: Jangan Seperti Mendorong Mobil Mogok

Misi Manusia

Haedar merujuk pada berbagai ayat Al-Qur’an yang menegaskan misi manusia: beribadah (QS. Adz-Dzariyat: 56), menjadi khalifah (QS. Al-Baqarah: 30), membawa rahmat (QS. Al-Anbiya: 107), dan memakmurkan bumi (QS. Hud: 61). Semua misi itu, menurutnya, harus dikelola seimbang.

“Kalau hanya ingin beribadah lalu menegasikan dunia, itu keliru. Tapi kalau hanya mengurus dunia saja seperti peradaban Barat, juga tidak tepat. Islam mengintegrasikan keduanya,” jelasnya.

Haedar mencontohkan QS. Al-Qashash: 77 yang menekankan keseimbangan dunia-akhirat serta ihsan dalam membangun peradaban, menjaga bumi, dan melahirkan amal saleh yang berdampak luas. Ia menyebut amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengelolaan sumber daya alam sebagai wujud nyata fungsi kekhalifahan.

“Itu bagian dari peradaban Islam yang rahmatan lil-‘alamin. Nabi dalam 23 tahun membangun fondasi, lalu peradaban Islam sejak Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah, hingga Utsmaniyah membuktikan bahwa Islam mampu melahirkan peradaban kosmopolit dan universal,” tandasnya.

Haedar juga mengingatkan agar umat Islam tidak terjebak dalam sikap simbolis. “Sejarah Islam itu bukan hanya serpihan cara berpakaian atau slogan. Islam dulu dianggap terlalu modern pada zamannya, tetapi justru itu yang membuatnya mampu membangun peradaban Madinah,” katanya, merujuk pandangan Marshall Hodgson dalam The Venture of Islam.

Ia menutup dengan menegaskan posisi tafsir sebagai instrumen kunci. “Tafsir menjadi kunci menghadirkan pandangan Islam yang integratif, berkemajuan, sekaligus mampu menjawab tantangan kemanusiaan global,” pungkasnya.***

Baca Juga  Wakil Ketua PDM Kabupaten Malang: Potensi Agrikultur Daerah Belum Tergarap Maksimal
*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *