Muhammadiyah dan Pendidikan: Refleksi di Hari Pendidikan Nasional 2025

Muhammadiyah dan Pendidikan: Refleksi di Hari Pendidikan Nasional 2025

MAKLUMAT — “Orang Islam jangan hanya menjadi penonton dalam arus kemajuan. Kita harus menjadi pelaku, dan pendidikan adalah kuncinya.”

— KH Ahmad Dahlan–

Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional sebagai penghormatan terhadap tokoh pelopor pendidikan, Ki Hadjar Dewantara. Bagi Muhammadiyah, momen ini juga merupakan ajang refleksi atas kontribusi nyata organisasi dalam bidang pendidikan nasional sejak lebih dari satu abad lalu.

Dari mendirikan sekolah-sekolah modern pada masa penjajahan, hingga mengelola ratusan perguruan tinggi. Hari ini, Muhammadiyah tetap konsisten memajukan pendidikan yang berkemajuan dan inklusif, selaras dengan semangat tajdid yang diwariskan KH Ahmad Dahlan.

Awal Mula Pendidikan Muhammadiyah Didirikan pada 18 November 1912, Muhammadiyah lahir dari keprihatinan KH. Ahmad Dahlan terhadap keterbelakangan umat Islam, terutama dalam hal pendidikan. Saat itu, pesantren masih menjadi satu-satunya model pendidikan bagi umat Islam, sementara Belanda mendominasi sistem pendidikan modern.

KH. Ahmad Dahlan menawarkan alternatif  pendidikan Islam yang memadukan nilai agama dan ilmu pengetahuan umum. Maka lahirlah sekolah Muhammadiyah pertama pada tahun 1911 (dua tahun sebelum Muhammadiyah secara resmi berdiri), yang kelak menjadi cikal bakal ribuan lembaga pendidikan Muhammadiyah di Indonesia.

Integratif dan Progresif

KH. Ahmad Dahlan memiliki pandangan yang revolusioner untuk zamannya. Beliau tidak melihat agama dan ilmu pengetahuan sebagai dua hal yang bertentangan. Sebaliknya, beliau percaya bahwa keduanya harus bersatu dalam proses pendidikan.

Baca Lainnya  Kiai Saad Ibrahim: Puasa untuk Memperkokoh Jiwa

“Pendidikan itu harus mengajarkan manusia untuk berpikir dan bekerja, bukan hanya menghafal,” ujarnya dalam salah satu pengajian.

Prinsip dasar pendidikannya meliputi:

• Integrasi ilmu agama dan ilmu dunia

• Pendidikan berbasis akhlak dan amal nyata

• Pemberdayaan masyarakat miskin dan marjinal

• Adaptif terhadap kemajuan zaman

 Jalan Peradaban

Sejak dahulu, pendidikan adalah kunci dari lahirnya peradaban-peradaban besar dunia. Dalam Islam, wahyu pertama yang turun adalah perintah membaca (iqra’), sebuah simbol bahwa ilmu adalah pondasi utama kebangkitan umat. KH Ahmad Dahlan memahami hal ini dengan sangat dalam.

Maka pendidikan dalam Muhammadiyah tidak hanya bertujuan mencetak individu sukses secara pribadi, tetapi juga mencetak pemikir, penggerak, dan pemimpin yang sanggup membangun masyarakat berkemajuan.

Melalui pendidikan, Muhammadiyah mendorong terbentuknya masyarakat yang adil, terbuka, dan beradab. Sekolah-sekolah Muhammadiyah sejak dini mengajarkan nilai toleransi, gotong royong, dan kecintaan terhadap kebenaran dan keilmuan. Inilah yang menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah sebagai jalan membentuk peradaban Islam yang tercerahkan dan membumi.

Peran Strategis Muhammadiyah 

Sejak awal berdiri hingga kini, pendidikan selalu menjadi core movement (gerakan inti) Muhammadiyah. Dalam berbagai situasi, termasuk masa krisis, Muhammadiyah tetap hadir melalui amal usaha pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan, tapi juga mencerahkan.

Pendidikan Muhammadiyah:

• Mengedepankan kurikulum yang seimbang antara iman, ilmu, dan amal

Baca Lainnya  Majelis Dikdasmen PNF Siapkan Sekolah Unggulan Go International Masuk Top 100 University

• Menerapkan sistem manajemen modern dan akuntabel

• Mengembangkan karakter keislaman, kebangsaan, dan kepedulian sosial

Bahkan, selama pandemi COVID-19 lalu, Muhammadiyah tetap mampu menggerakkan pendidikan daring dan adaptif melalui Majelis Dikdasmen dan Majelis Dikti Litbang.

Dengan lebih dari 10.000 amal usaha pendidikan, Muhammadiyah menjadi penyelenggara pendidikan non-pemerintah terbesar di Indonesia.

Pendidikan adalah Jalan Perubahan

Generasi Z adalah generasi yang hidup di era internet, kecerdasan buatan, dan perubahan global yang cepat. Di tengah semua ini, pendidikan tetap menjadi kunci untuk bertahan dan melompat maju.

“Jadilah generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli dan berakhlak. Pendidikan adalah tangga menuju perubahan, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk umat dan bangsa.” Prof. Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah

Pesan untuk Generasi Z:

• Jangan puas hanya menjadi pengguna teknologi, tapi ciptakan solusi!

• Pelajari ilmu dengan niat ibadah, bukan sekadar karier

• Rawat nilai-nilai Islam dan kebangsaan dalam setiap langkah belajar

• Bangun semangat kolaborasi dan kepedulian sosial

Estafet Ada di Tangan Kita

Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025 bukan sekadar seremoni, tetapi momentum untuk merenung dan menegaskan kembali bahwa pendidikan adalah kerja dakwah, kerja peradaban. Muhammadiyah telah membuktikan komitmennya selama lebih dari satu abad. Kini, estafet itu ada di tangan kita para pendidik, siswa, mahasiswa, dan kader-kader Muhammadiyah.

Baca Lainnya  Muhammadiyah dan Pemilu 2024

Mari lanjutkan jejak KH. Ahmad Dahlan dalam menjadikan pendidikan sebagai jalan perubahan: cerdas, beriman, dan membawa kemajuan bagi umat dan bangsa.

*) Penulis: H. Tjahyono, M. Pd
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Pekalongan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *