Hijaukan Boyolali, PonpesMu Sambi Tebar 1.000 Bibit di Milad ke-113 Muhammadiyah

Hijaukan Boyolali, PonpesMu Sambi Tebar 1.000 Bibit di Milad ke-113 Muhammadiyah

MAKLUMAT — Alun-Alun Kidul Boyolali berubah menjadi lautan manusia, Sabtu (22/11/2025) pagi. Udara masih lembap, matahari bahkan belum sepenuhnya naik, tetapi antrean warga sudah mengular hingga puluhan meter. Mereka datang bukan sekadar untuk memeriahkan Resepsi Milad ke-113 Muhammadiyah. Ada sesuatu yang lebih “segar” ditawarkan: 1.000 bibit cabai dan terong dibagikan secara cuma-cuma oleh Pondok Pesantren Muhammadiyah (PonpesMu) Manafi’ul ‘Ulum Sambi.

Di antara riuh suara panggung, para santri berkaus seragam sibuk menurunkan tray bibit dari kendaraan. Daun-daun hijau kecil itu tampak kontras dengan aspal alun-alun yang panas. Saat bibit dibagikan, warga langsung maju dengan tertib, wajah mereka tampak berbinar seakan membawa pulang harapan kecil yang bisa tumbuh di halaman rumah.

“Ini bukan sekadar bagi-bagi bibit,” tutur Ust. Suradi, Wakil Direktur PonpesMu Manafi’ul ‘Ulum, sambil sesekali membantu santri merapikan antrean. “Ini ikhtiar menjaga alam dan memperkuat ketahanan pangan keluarga. Kalau halaman rumah bisa ditanami, kenapa tidak dimanfaatkan?”

Suradi yang juga anggota Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PDM Boyolali menegaskan, tren menanam di rumah harus terus digelorakan. Bagi pesantren, gerakan ini menjadi bagian dari dakwah pemberdayaan—dakwah yang tidak hanya berbicara, tetapi menghadirkan manfaat nyata.

Syukur, Bibit, dan Semangat Berbagi

Tak jauh dari kerumunan, Ust. Pujiono, Mudir Ponpes, berdiri memantau jalannya kegiatan. Senyumnya mengembang saat melihat orang tua, anak muda, hingga ibu-ibu datang membawa pulang bibit dalam kantong kecil mereka.

Baca Juga  Luluskan 1.083 Wisudawan, Rektor Umsida Sampaikan Sejumlah Pencapaian

“Alhamdulillah, momentum milad ini membawa keberkahan tersendiri,” ujarnya. “Semoga bibit yang dibawa pulang ini tumbuh subur dan menjadi amal jariyah kecil bagi pesantren.”

Baginya, kegiatan tebar bibit adalah cara lain untuk menguatkan peran pesantren sebagai pusat edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Tidak melulu melalui kajian, tetapi juga tindakan nyata yang menyentuh kebutuhan sehari-hari warga.

Di sela antrean, seorang ibu rumah tangga asal Mojosongo tampak memeluk dua polybag cabai dengan wajah puas.
“Lumayan buat ditanam di pekarangan rumah,” katanya. “Sekarang apa-apa mahal, kalau bisa nanam sendiri ya lebih hemat.”

Cerita serupa datang dari pelajar, pekerja, hingga lansia yang hadir. Dari banyaknya tangan yang membawa pulang bibit, ada harapan bahwa Boyolali bisa tumbuh lebih hijau dari halaman-halaman kecil setiap rumah.

Milad yang Menghidupkan

Resepsi milad kali ini terasa lebih hidup. Bukan hanya karena panggung besar, pawai amal usaha, atau stand-stand komunitas Muhammadiyah yang berjejer rapi. Tetapi karena ada semangat baru: menghadirkan kebaikan yang bisa ditanam, dipelihara, dan dipanen.

Di tengah keramaian, panitia juga membuka layanan informasi bagi warga yang ingin mengetahui PPDB/PSB PonpesMu Manafi’ul ‘Ulum. Sejumlah orang tampak singgah menanyakan syarat, program, hingga kegiatan unggulan pesantren.

Gerakan berbagi bibit itu mungkin hanya salah satu bagian kecil dari rangkaian milad. Namun pada momen itu, di halaman alun-alun, ia menjelma menjadi simbol: bahwa dakwah bisa hadir dalam bentuk apa pun—bahkan dari sehelai daun yang baru tumbuh.***

Baca Juga  Muhammadiyah Kecam Aksi Polisi Israel Pukuli Warga Palestina Ketika Mau Tarawih Pertama di Al-Aqsa
*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *