MAKLUMAT – Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) resmi membuka Priangan Bamboo Fest–Kriya Loka 2025 di Pusat Pengembangan Industri Kerajinan (PPIK) Kota Tasikmalaya, Jumat (12/12). Festival yang berlangsung hingga 14 Desember 2025 ini menjadi penegasan ambisi menjadikan Priangan sebagai episentrum ekonomi bambu Indonesia.
Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur menegaskan, festival tersebut bukan sekadar pameran produk bambu dan kriya. Menurutnya, agenda ini menjadi simbol kebangkitan ekonomi hijau dan kreativitas daerah berbasis sumber daya lokal.
“Ini perayaan identitas sekaligus masa depan ekonomi kita. Kriya bukan hanya warisan budaya, tetapi industri strategis yang menciptakan lapangan kerja, nilai tambah, dan daya saing global,” ujar Sobur dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Sekjen III HIMKI Syahrizal Mustafa.
Sobur menyebut Indonesia memiliki potensi sekitar 12 juta hektare bambu, dengan wilayah Priangan sebagai salah satu pusat terkuatnya. Dengan pengelolaan modern, bambu dinilai mampu menjadi material masa depan karena kuat, ringan, terbarukan, dan rendah emisi karbon.
“Dunia bergerak menuju ekonomi hijau. Priangan punya peluang besar menjadi pusat ekonomi bambu nasional,” tegasnya.
Selain produk bambu, festival ini juga menampilkan kriya lintas material. HIMKI menilai pendekatan tersebut penting untuk membangun industri yang inklusif dan mendorong pelaku usaha naik kelas bersama.
Priangan Bamboo Fest–Kriya Loka 2025 melibatkan perajin dan pelaku industri dari enam daerah, yakni Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Pangandaran, dan Kota Banjar. Beragam agenda digelar, mulai dari seminar, peragaan busana, lomba desain, pertunjukan seni, hingga ruang kolaborasi desain.
HIMKI juga mengapresiasi sinergi HIMKI Priangan dan Dekranasda Kota Tasikmalaya, termasuk pembiayaan bersama serta upaya menarik sponsor demi keberlanjutan acara.
Dalam kesempatan itu, HIMKI mendorong penguatan hilirisasi bambu dan kriya. Ajakan disampaikan kepada pemerintah daerah untuk memperkuat kebijakan, perbankan agar lebih pro-UMKM, akademisi dalam riset dan desain, serta pelaku industri untuk menjaga mutu dan memahami pasar global.
“Masa depan tidak menunggu kita siap. Kita yang harus siap merebut masa depan kriya Indonesia,” kata Sobur.
Ketua DPD HIMKI Priangan Maman Mustarom menambahkan, festival ini lahir dari keinginan membangun Kota Industri Kreatif Bambu di wilayah Priangan. Gagasan tersebut sejalan dengan arahan DPP HIMKI agar bambu menjadi material pengganti kayu, sebagaimana Cirebon berkembang sebagai kota industri rotan.
Menurut Maman, Priangan memiliki modal kuat, baik dari sisi sumber daya alam berupa lahan bambu yang luas maupun sumber daya manusia. Tasikmalaya, kata dia, sudah lama dikenal sebagai sentra kerajinan.
“HIMKI Priangan memulai langkah itu melalui kerja sama dengan PPIK Kota Tasikmalaya dan Dekranasda. Ke depan, kami akan melibatkan akademisi, BUMN, pemerintah, swasta, dan komunitas,” ujarnya.
Ia mengakui membangun kota industri kreatif bambu bukan pekerjaan mudah. Namun, langkah tersebut diyakini bisa terwujud melalui kolaborasi dengan semua pihak yang memiliki visi dan misi yang sama.***