Ihwan Susila dan Gagasan Agrowisata Berkelanjutan dari UMS

Ihwan Susila dan Gagasan Agrowisata Berkelanjutan dari UMS

MAKLUMAT — Langkah Prof. Ihwan Susila memasuki Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS langsung menghidupkan suasana konferensi, Sabtu (22/11/2025) siang itu. Ia menata berkas riset di tangannya, menatap para akademisi dari Indonesia dan Malaysia, lalu membuka pemaparannya tentang agrowisata berkelanjutan dengan nada tenang tetapi tegas. Sorot matanya menyapu ruangan, seolah memastikan setiap orang menangkap gagasan yang ia yakini dapat mengubah wajah desa-desa di Indonesia.

Di panggung itu, Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Surakarta tersebut memaparkan data dan pengalamannya turun ke desa. Tanpa banyak jeda, ia menekankan bahwa konsep agrowisata berkelanjutan bisa menjadi jalan baru bagi ekonomi desa. “Peluangnya sangat besar,” ujarnya ketika ditemui selepas acara.

Ihwan menghabiskan bertahun-tahun mengamati dinamika desa. Ia meneliti Bojonegoro bersama Prof. Dr. Anton Agus Setyawan untuk melihat bagaimana masyarakat mengelola wisata pertanian, membangun identitas wilayah, dan merawat kearifan lokal yang menjadi modal sosial. Ia menyimpulkan bahwa letak Indonesia di garis khatulistiwa memberi keuntungan besar: tanah tumbuh subur sepanjang tahun dan desa memiliki sumber daya yang tak pernah berhenti.

Konsep yang ia bawa tidak berhenti pada kunjungan wisata. Ia mendorong model wisata yang menumbuhkan harmoni antara alam, ekonomi, dan budaya. “Ini menarik karena masyarakat dapat berdaya, lingkungan tetap terjaga, dan desa bisa berlari menuju ekonomi baru,” ungkapnya.

Namun Ihwan tidak menutupi tantangan di lapangan. Ia mencatat hambatan berupa akses jalan terbatas, kapasitas pengelola yang masih rendah, ekspektasi turis terhadap orisinalitas budaya, hingga birokrasi yang kerap berjalan lambat. Ia menegaskan bahwa agrowisata berkelanjutan harus berdiri di atas tiga pilar: lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Ketiganya harus hidup seimbang.

Baca Juga  Cak Imin Sentil Dominasi Indomaret–Alfamart: Saatnya Desa Bangkit dan Usaha Rakyat Berdaulat

Di dalam ruang konferensi, para peserta MAG Scholar Conference 2025 mencatat dan mengangguk. Banyak dari mereka melihat potret desa yang sama di negara masing-masing. Ihwan mengajak perguruan tinggi, pemerintah, dan warga untuk bersinergi. Ia ingin melihat desa bergerak dengan kompas baru: pengelolaan wisata yang profesional, ramah lingkungan, dan berpijak pada budaya lokal.

“Agrowisata tidak hanya soal revenue. Ini tentang ekosistem dan transformasi industri yang benar-benar memberdayakan masyarakat,” jelasnya.

Ihwan mendorong pemerintah untuk ikut mengambil peran. Ia menilai pelatihan warga, infrastruktur dasar, dan komitmen jangka panjang menjadi fondasi penting. Ia ingin melihat desa-desa tumbuh tanpa tercerabut dari akar.

Momen memaparkan riset di hadapan akademisi Malaysia memberi semangat baru baginya. Ia melihat peluang kolaborasi riset lintas negara terbuka lebar. “Kami sangat bersyukur bisa terlibat. Ke depan harapannya UMS dapat membangun kerja sama riset antarnegara dan berkontribusi bagi sektor wisata di Asia,” tuturnya.

Di balik tutur lembutnya, Ihwan membawa optimisme yang ia pelihara selama bertahun-tahun. Ia percaya masa depan desa Indonesia dapat tumbuh dari tanah yang sama: dari tanah yang menghidupi, dari nilai-nilai lokal yang terjaga, dan dari masyarakat yang berdiri dengan kekuatannya sendiri.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *