IMM Jatim Dorong Perkaderan yang Relevan di Tengah Kompleksitas Zaman

IMM Jatim Dorong Perkaderan yang Relevan di Tengah Kompleksitas Zaman

MAKLUMAT — Nafas zaman semakin menuntut individu untuk bersikap cepat, praktis, dan pragmatis. Dalam arus perubahan ini, relevansi perkaderan organisasi mahasiswa kerap dipertanyakan. Tidak sedikit yang meragukan apakah organisasi seperti IMM masih mampu membentuk kader yang tangguh dan adaptif di tengah realitas zaman yang terus bergeser.

Menanggapi kegelisahan tersebut, Ketua Bidang Kader DPD IMM Jawa Timur, Humanika Dian Nusantara, menegaskan bahwa perkaderan di tubuh IMM harus terus bertransformasi agar tetap sejalan dengan tantangan zaman yang semakin kompleks. Hal ini ia sampaikan pasca Pelatihan Instruktur Madya (PIM) di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).

Pelatihan yang berlangsung pada 27/6/2025-1/7/2025 itu diikuti oleh 32 peserta dari berbagai daerah, termasuk Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, hingga Nusa Tenggara Timur. Human –sapaan akrabnya- menyebut pelatihan ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang kaderisasi ke depan.

“Ini sebenarnya bukan akhir. Tapi justru ini menjadi awal untuk mengawal kaderisasi yang ke depan tantangannya sangat luar biasa,” ujarnya kepada Maklumat.id, Rabu (3/7/2025).

Ia menyoroti sejumlah tantangan zaman yang harus dihadapi gerakan mahasiswa, terutama oleh kader-kader IMM yang akan menjadi instruktur. Mulai dari tantangan generasi Z yang semakin unik, disrupsi teknologi, hingga kompleksitas digitalisasi yang kian terbuka. Menurutnya, semua tantangan itu harus dijawab dengan semangat baru dan kemampuan yang relevan.

Untuk itu, tema ‘Ananta Marga Perkaderan‘ diangkat sebagai semangat utama dalam pelatihan kali ini. “Perkaderan tidak terbatas ruang dan waktu. Ia harus terus berjalan seiring perkembangan zaman,” ujarnya.

Baca Juga  19 Tahun Lumpur Lapindo: Keserakahan yang Terus Berulang

Selama pelatihan, peserta dibekali berbagai materi yang dirancang untuk menjawab kebutuhan zaman. Mulai dari pembelajaran karakter adaptif berbasis risalah Islam berkemajuan, pengembangan dan pemanfaatan media digital untuk digitalisasi perkaderan, hingga studi komparasi pedoman kaderisasi lintas gerakan mahasiswa.

Tak hanya itu, pendekatan berbasis project-based learning dan case study juga diterapkan untuk membentuk refleksi dan pengalaman yang lebih dalam bagi peserta. Menurut Human, kompetensi utama yang harus dimiliki kader IMM saat ini tidak hanya soal semangat ideologis, tetapi juga kemampuan adaptif, kreativitas, dan kepemimpinan yang baik.

“Ini era di mana kita harus berpikir lebih strategis dalam menyusun metode dan arah perkaderan, termasuk menyiapkan format yang sesuai untuk generasi Z dan generasi alfa ke depan,” jelas Humanika.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa di dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI), peran instruktur tidak berhenti ketika pelatihan selesai. Justru tugas besar mereka baru dimulai setelahnya: mendampingi, memandu, dan mengawal kader dalam perjalanan ideologis dan praksisnya di ranah masing-masing. Ia menutup dengan mengingatkan tentang pentingnya peran instruktur sebagai teladan.

“Dalam surat An-Nisa ayat 9 dikatakan bahwa janganlah meninggalkan generasi yang lemah. Maka falsafah kami, seorang instruktur harus menjadi uswatun khasanah,” tandas Humanika.

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *