KETUA Umum DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Tengah, Untung Prasetyo Ilham angkat bicara soal bergabungnya dua eks pimpinan DPP IMM itu ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Mereka adalah mantan Ketua Umum DPP IMM Abdul Musawir Yahya dan mantan Ketua DPP IMM Bidang Hikmah Baikuni Alshafa (Alsha).
Untung mengatakan, pertama-tama dirinya mengucapkan selamat kepada dua seniornya tersebut, yang telah memilih untuk berjuang dan berdiaspora di jalur politik praktis dengan bergabung bersama PSI.
“Tentu selamat melanjutkan jalan juang untuk Mas Abdul Musyawir dan Mas Alsa yang memilih PSI sebagai kendaraan perjuangan ke dunia politik setelah ber-IMM. Semoga dapat menjadi secercah harapan dan memberi warna perubahan di tengah suramnya politik bangsa kita ini,” bukanya dalam keterangan tertulis yang diterima Maklumat.id, Senin (24/6/2024).
Menurut Untung, langkah Abdul dan Alsha yang memilih untuk melanjutkan perjuangan melalui politik adalah sesuatu yang lumrah dan patut untuk didukung.
“Biasa saja dan hal ini tentu patut kita dukung. Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kan memang tersebar di berbagai partai politik yang ada, jangankan mantan ketua umum, yang tidak ketua umum juga banyak,” ujarnya.
“Kanda Saleh Partaonan Daulay ada di PAN dan duduk di Senayan hari ini, Mas Rofiq kalau tidak salah ada di Perindo, Cak Nanto hari ini berjuang di PDI Perjuangan, Beni Pramula jadi ketua umum Partai Pelita, Mas Ali Muthohirin tahun lalu bergabung di PSI dan banyak yang lainnya. Jadi masuknya Mas Abdul dan Mas Alsa ke partai politik jadi hal biasa dan tentu sebagai kader IMM harus kita dukung,” imbuh Untung.
Kendati begitu, Untung menegaskan, IMM secara organisatoris bersikap independen terhadap politik praktis dan tidak terafiliasi dengan partai politik (parpol) mana pun.
Hal itu, kata dia, sudah sangat tegas disebutkan dalam AD/ART IMM. Termasuk dalam deklarasi Setengah Abad IMM, yang juga telah menegaskan posisi dan sikap IMM terhadap politik praktis.
“Sejalan dengan AD/ART IMM tentu secara tegas IMM secara kelembagaan tidak berafiliasi dengan partai politik manapun ya. (Juga) Berdasarkan Deklarasi Setengah Abad, IMM independen terhadap politik praktis,” ungkapnya.
Namun, Untung juga memberikan sejumlah catatan terhadap DPP IMM terkait penggunaan atribut organisasi Ketika mengantarkan Abdul dan Alsha mendaftarkan diri ke PSI.
Menurutnya, hal itu bukan hanya berseberangan, tapi juga melukai perasaan serta semangat perjuangan kader-kader IMM di akar rumput. Untung menilai, hal tersebut bisa menjadi preseden atau citra buruh bagi ikatan.
“Berkait dengan tindakan-tindakan yang dilakukan termasuk dengan penggunaan atribut organisasi dalam proses tersebut tentu berseberangan dengan semangat perjuangan kader-kader ikatan di akar rumput dan menjadi catatan bagi DPP IMM yang baru dilantik. Saya yakin tindakan tersebut tidak hanya melukai perasaan kader tetapi juga memberikan citra buruk bagi ikatan belum lagi membuat kegaduhan di tubuh ikatan,” kritiknya.
Untung mewanti-wanti agar jangan sampai keliru dalam memaknai hasil Tanwir IMM di Kalimantan Selatan, yang salah satunya untuk mengupayakan diaspora kader di dunia politik praktis.
Dia mengingatkan, IMM sebagai bagian dari Persyarikatan Muhammadiyah harus menganut high politics yang berdasarkan pada moralitas atau etika, keluhuran dan adiluhung, sebagaimana jalan yang telah ditempuh dan diajarkan oleh para pimpinan Persyarikatan.
“Memaknai hasil Tanwir mengenai dukungan penuh diaspora kader dalam ranah politik saya kira tidak bisa diterjemahkan sependek itu. Kita tentu tidak lupa bagaimana politik Muhammadiyah adalah high politics yang berkompas pada moral dan etika, luhur dan adiluhung. Begitu pula IMM, semestinya dalam bergumul dalam dunia politik bangsa dan negara ini juga berkiblat pada kerangka besar pemikiran dan cara pandang politik Muhammadiyah, yang tentu tidak lupa bahwa IMM juga sebagai bagian dari social control bagi penguasa,” pungkasnya.
Reporter: Iman Nurhayanto
Editor: Ubay NA