23.2 C
Malang
Kamis, Januari 9, 2025
KilasIndonesia Join BRICS, Anggota DPR Sebut Peluang Strategis untuk Penguatan Global

Indonesia Join BRICS, Anggota DPR Sebut Peluang Strategis untuk Penguatan Global

KTT BRICS di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober 2024 lalu, yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono. (Foto:Kemlu RI)
KTT BRICS di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober 2024 lalu, yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono. (Foto:Kemlu RI)

MAKLUMAT — Anggota Komisi I DPR RI, Idrus Salim Aljufri mengomentari soal keanggotaan penuh Indonesia dalam aliansi BRICS, yang menurutnya bisa menjadi peluang besar bagi posisi Indonesia dalam kancah global.

Dengan populasi gabungan mencapai 3,6 miliar jiwa, BRICS menawarkan peluang besar untuk memperkuat posisi ekonomi dan geopolitik Indonesia.

Habib Idrus menegaskan, keputusan pemerintah Indonesia untuk bergabung dengan BRICS harus didasarkan pada kepentingan nasional. Menurutnya, langkah ini berpotensi memperluas akses pasar, mendorong transformasi teknologi, dan meningkatkan peran Indonesia dalam reformasi sistem global.

“Keanggotaan penuh Indonesia di BRICS bisa menjadi peluang besar untuk memperluas akses pasar, memperkuat transformasi teknologi, dan memainkan peran lebih besar dalam reformasi sistem global,” ujar Habib Idrus dalam dalam keterangan resminya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/1/2025).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyoroti, keanggotaan Indonesia dalam BRICS dapat membuka peluang pasar yang lebih luas bagi ekspor, terutama dengan BRICS yang mewakili seperempat ekonomi dunia. Selain itu, BRICS Development Bank (NDB) memberikan opsi pendanaan alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional.

Ia juga menekankan pentingnya transfer teknologi dari negara-negara anggota seperti China dan India. Kolaborasi tersebut dinilainya dapat mempercepat transformasi digital dan pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

Tak hanya itu, Habib Idrus menyebut, BRICS menyediakan platform bagi Indonesia untuk memperjuangkan keadilan perdagangan, ketahanan pangan, dan reformasi sistem keuangan internasional.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa keputusan untuk bergabung dengan BRICS tentu membawa tantangan tersendiri. Terlebih, kata dia, posisi geopolitik BRICS yang sering kali dianggap sebagai penyeimbang bahkan pesaing dari dominasi Barat, yang berpotensi memengaruhi hubungan strategis Indonesia dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Habib Idrus juga menggarisbawahi bahwa dominasi China dan Rusia dalam aliansi ini memerlukan strategi kuat agar Indonesia tetap memiliki pengaruh signifikan.

Untuk mengoptimalkan potensi ini, Habib Idrus merekomendasikan agar pemerintah tetap menjaga prinsip diplomasi bebas aktif. Ia juga menekankan perlunya strategi yang jelas untuk memanfaatkan kerja sama BRICS di bidang ekonomi, teknologi, dan geopolitik, dengan orientasi utama pada manfaat nyata bagi rakyat.

“Keanggotaan penuh Indonesia di BRICS harus menjadi langkah strategis yang memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, tanpa mengorbankan prinsip bebas aktif yang menjadi dasar diplomasi kita,” pungkasnya.

spot_img

Ads Banner

Ads Banner

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer