
MAKLUMAT — Rencana pemerintah untuk mengembalikan sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di jenjang SMA, mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya dari Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Jawa Timur (Jatim).
Ketua Umum PW IPM Jatim, Hengki Pradana, menilai kebijakan tersebut bukanlah suatu langkah kemunduran. Sebaliknya, hal itu adalah upaya untuk memulihkan kejelasan arah pendidikan pelajar.
“Penjurusan itu bukan belenggu, justru memberi ruang pelajar untuk mengenali dan memantapkan potensi dirinya sejak dini. PW IPM Jawa Timur menilai sistem penjurusan bisa menjadi alat bantu penting dalam membangun peta jalan pendidikan yang berorientasi pada masa depan pelajar,” ujar Hengki dalam keterangannya, Selasa (16/04/2024) lalu.
Seperti diketahui, sebelumnya sistem penjurusan di SMA telah digantikan oleh pendekatan bidang minat melalui Kurikulum Merdeka yang digagas Mendikbudristek RI kala itu, Nadiem Anwar Makarim. Namun, Hengki menilai bahwa semangat merdeka belajar yang progresif itu belum sepenuhnya bisa dijalankan di semua wilayah secara optimal.
“Semangat merdeka belajar itu progresif, tapi tidak semua sekolah punya sumber daya untuk menghadirkan fleksibilitas yang benar-benar bermakna. Akhirnya, pelajar justru gamang—tidak tahu harus memilih apa, dan ke mana harus melangkah,” terangnya.
Bukan Membatasi, Tapi Memberi Arah
Lebih lanjut, Hengki menegaskan bahwa PW IPM Jatim melihat penjurusan bukan sebagai sistem yang kaku dan membatasi ruang gerak siswa, tetapi sebagai kompas awal yang dapat mengarahkan mereka pada bidang yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Meski begitu, ia menandaskan pentingnya pendekatan yang seimbang antara struktur dan fleksibilitas dalam sistem pendidikan nasional. Sebab itu, ia berharap nantinya sistem penjurusan tidak dilakukan secara dogmatis.
“Kami berharap, jika penjurusan dihidupkan kembali, pendekatannya tidak dogmatis. Tetap beri ruang eksplorasi, tetapi dengan pondasi yang terstruktur. Karena arah yang jelas justru memberi rasa aman dan percaya diri bagi pelajar untuk berkembang,” jelas Hengki.
Tak hanya itu, Hengki juga menegaskan komitmen bahwa PW IPM Jatim akan terus konsisten dalam mengawal dan menyuarakan narasi-narasi pendidikan yang membumi, bukan semata mengikuti atau mengadaptasi tren global, tetapi juga peka terhadap kondisi dan kapasitas lokal.
Menurutnya, sistem penjurusan di SMA adalah salah satu bagian terintegrasi dalam membentuk arah pendidikan yang jelas dan berkelanjutan.
“Pelajar bukan kelinci percobaan dari eksperimen kebijakan yang berubah-ubah. Pendidikan harus berpihak pada keberlanjutan dan kejelasan arah. Penjurusan adalah bagian dari itu,” pungkas Hengki.