Jalan-jalan Sore di Tunjungan, Cara PWM Jatim Meresapi Sejarah Sambut Milad Ke-113 Muhammadiyah

Jalan-jalan Sore di Tunjungan, Cara PWM Jatim Meresapi Sejarah Sambut Milad Ke-113 Muhammadiyah

MAKLUMAT — Matahari Ahad (9/11) sore mulai condong ke barat. Namun, puluhan orang justru antusias berkumpul di SMP Muhammadiyah 2 Surabaya. Mereka bukan sekadar mencari angin atau jalan-jalan sore di kawasan Tunjungan. Mereka adalah para penjelajah waktu.

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur mengajak mereka dalam Muhammadiyah Historical Walk (MHW) Tunjungan Edition. Ini adalah cara istimewa menyambut Milad Ke-113 Muhammadiyah. Sebuah jalan santai edukatif untuk menelusuri kembali jejak perjuangan persyarikatan di jantung Kota Pahlawan.

Tepat pukul 15.00 WIB, langkah kaki mereka mulai menyusuri trotoar legendaris. Rombongan tidak hanya melintas, tetapi berhenti di titik-titik kunci. Hotel Majapahit, Gedung Persis, eks BPPT Surabaya, hingga Masjid Da’wah. Di setiap perhentian, para sejarawan membentangkan kisah. Peserta menyimak, seolah menarik benang merah antara Surabaya tempo dulu dan kota metropolitan saat ini.

Ketua PWM Jatim, Prof Dr dr Sukadiono MM, memimpin langsung barisan. Wajahnya memancarkan semangat. Baginya, MHW bukan sekadar nostalgia. Ini adalah momentum untuk meneguhkan kembali spirit perjuangan.

“Kegiatan ini merupakan salah. satu bentuk pengamalan dari ayat Allah,” ungkapnya di sela perjalanan. Ia mengutip ayat Al-Qur’an yang mendorong manusia berkeliling bumi dan mengambil pelajaran dari sejarah.

Prof Suko, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa Muhammadiyah memiliki tujuan luhur. “Kita ingin mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah,” tandas Prof Suko dikutip dari KlikMU. Napak tilas ini, menurutnya, mengisi ulang nilai spiritual, edukatif, dan inspiratif.

Baca Juga  Konsolidasi MPKS dan LPCR Se-Malang Raya, Mariman Darto: Dakwah Sosial Ruh Gerakan Muhammadiyah!

Lantas, Sukadiono membuka fakta sejarah yang memukau. Ia mengingatkan bahwa cikal bakal gerakan kesehatan Muhammadiyah di Surabaya lahir dari rahim seorang kader.

“Banyak yang mungkin belum tahu. Pelopor Rumah Sakit PKU Muhammadiyah adalah Dr Soetomo. Beliau seorang kader Muhammadiyah,” terangnya.

Tak hanya Dr Soetomo. Sukadiono juga menyinggung peran Dr Muhammad Soewandi. Ia pernah menjabat Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Surabaya sekaligus menjadi Direktur RSU Dr Soetomo. “Negara mengabadikan namanya menjadi nama rumah sakit sebagai bentuk penghormatan atas jasanya,” katanya.

Kisah berlanjut saat rombongan menyentuh kawasan Genteng Muhammadiyah. Kawasan ini, kata Sukadiono, merupakan titik penting dakwah. “Di sinilah berdiri SD Muhammadiyah pertama di Surabaya. Dari sinilah pula Muhammadiyah berkembang pesat,” jelasnya. Besarnya kontribusi persyarikatan di kawasan itu akhirnya melahirkan nama Jalan Genteng Muhammadiyah.

Rektor UMSurabaya ini menyimpan harapan besar. Ia ingin MHW menginspirasi daerah lain. “Lamongan, misalnya, juga memiliki banyak jejak sejarah Muhammadiyah yang luar biasa. Kita perlu menggali kembali sejarah dakwah para pendahulu,” ajaknya.

Sebagai penutup, Sukadiono membocorkan satu rencana besar. PWM Jawa Timur akan segera meluncurkan buku sejarah Muhammadiyah bertepatan dengan puncak Milad Ke-113.

Senja di Tunjungan pun berganti malam. Puluhan peserta MHW pulang dengan dada penuh. Mereka tidak hanya membawa pulang foto. Mereka membawa spirit perjuangan para tokoh Muhammadiyah untuk generasi masa kini.***

Baca Juga  Alur Registrasi Peserta untuk Kajian Ramadan PWM Jatim di UMLA
*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *