MAKLUMAT – Puluhan mahasiswa dari berbagai kampus se-Jawa Timur berkumpul di Pusdiklat Rusunawa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ajang ini bukan sekadar kumpul-kumpul. Forum ini menjadi temu daerah (Temda) BEM Nusantara Jawa Timur selama tiga hari, 2–4 Juni 2025.
Sekitar 100 kampus mengirimkan delegasi. Jumlah ini menjadikan Temda 2025 sebagai forum mahasiswa terbesar di Jatim tahun ini. Namun, yang membuat pertemuan ini penting bukan skalanya, melainkan hasil keputusan kolektif. Yakni penetapan Naufal Rizky Firdaus sebagai Koordinator Daerah BEM Nusantara Jawa Timur 2025.
“Ini bukan soal saya, tapi soal kita semua,” ucap Naufal dalam pidato perdananya. Kalimat ini bisa dibaca sebagai penegasan. Yakni semangat kolektif yang ia bawa ke dalam gerakan mahasiswa ke depan. Pada dasarnya jabatan bukan soal siapa yang duduk di kursi, tapi persoalan menyatukan langkah.
Dari Konsensus Menuju Kepemimpinan
Aklamasi jarang terjadi tanpa prasyarat, dialog terbuka, kompromi dari antara perwakilan, serta kesepahaman arah gerakan. Penetapan ini menunjukkan setidaknya ada kesediaan bersama, untuk tidak menjadikan jabatan sebagai ajang perebutan kuasa. Leih tepatnya ruang pengabdian yang diisi bersama-sama.
Naufal bukan orang asing. Dalam pidatonya, ia menyebutkan bahwa kepemimpinannya akan berbasis pada partisipasi luas, dialog antarkampus, dan keterbukaan terhadap kritik. Pendekatan ini ia sebut sebagai strategi membangun gerakan mahasiswa yang ‘progresif, inklusif, dan responsif terhadap kondisi sosial’.
Agenda Strategis dan Beban Historis
BEM Nusantara Jawa Timur di bawah kepemimpinan Naufal menyusun empat agenda strategis di antaranya:
- Penguatan Kapasitas dan Literasi Organisasi Kampus Anggota
Melalui pelatihan manajerial, forum kepemimpinan, dan pertukaran pengetahuan antar kampus.
- Advokasi Isu Pendidikan, Lingkungan, dan Sosial
Mengawal isu-isu strategis yang berdampak langsung pada mahasiswa dan masyarakat, seperti akses pendidikan yang adil, krisis iklim, dan ketimpangan sosial.
- Pembangunan Gerakan Digital dan Kajian Kolaboratif
Memanfaatkan kekuatan media digital untuk menguatkan peran BEM dalam menyuarakan aspirasi serta membentuk pusat kajian daerah yang aktif dan responsif.
- Dialog Kebangsaan dan Konsolidasi Regional
Menjembatani komunikasi antar-kampus serta memperkuat jaringan solidaritas mahasiswa hingga ke tingkat nasional.
Jika diringkas, keempat agenda ini adalah usaha untuk menguatkan organisasi dari dalam, memperluas cakupan isu yang diperjuangkan, dan mengaitkan kerja gerakan dengan realitas sosial yang terus berubah.
Tantangannya tentu tidak ringan. Butuh konsistensi dalam mengawal isu, menghindari fragmentasi antar-kampus, serta menjaga agar gerakan berpihak pada publik, bukan sekadar simbolik.
Gerakan yang Tidak Bergerak Sendiri
Naufal menekankan pentingnya kolaborasi lintas kampus. Dalam pidatonya, ia menyebut bahwa mahasiswa tak bisa lagi bergerak dalam silo, masing-masing sibuk dengan urusan sendiri.
“Kita tidak boleh bergerak sendiri-sendiri. Saatnya menyatukan kekuatan kampus, teguhkan ideologi perjuangan, dan pastikan gerakan ini bermanfaat nyata bagi rakyat,” ujarnya.
Pernyataan ini merefleksikan kecenderungan gerakan mahasiswa yang cenderung terfragmentasi. Apalai kalau aktivisme kampus dan realitas sosial yang kian kompleks. Kali ini tantangannya menyangkut kemampuan membangun narasi yang relevan.