MAKLUMAT— Internet kini jadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan keluarga. Ia ibarat pisau bermata dua, bisa menjadi sumber ilmu dan hiburan, tapi juga pintu masuk konten negatif yang menggerogoti nilai dan akhlak.
Konten berbahaya bisa menyusup kapan saja—lewat notifikasi, iklan pop-up, atau sekadar klik iseng. Jika tidak diantisipasi, dampaknya bisa merusak keharmonisan rumah tangga, baik pada anak maupun orang dewasa.
Melansir berbagai sumber, inilah ancaman nyata dari beberapa konten negatif :
-Pornografi, sering tersembunyi di balik iklan, game, atau media sosial, dan meninggalkan dampak psikologis jangka panjang.
-Kekerasan dengan tontonan brutal, bisa membuat anak menganggap kekerasan sebagai hal wajar.
-Ujaran kebencian dan radikalisme bisa memicu intoleransi dan memecah persatuan.
-Hoaks atau berita palsu yang membentuk opini salah dan menebar keresahan.
-Gaya hidup konsumtif memicu rasa tidak puas dan perilaku hedonis.
-Game tidak edukatif, menggerus waktu dan mengikis kebersamaan keluarga.
Langkah Cerdas Melindungi Keluarga:
1. Bangun Literasi Digital Sejak Dini
Ajari anak memeriksa kebenaran informasi, memilah konten, dan menggunakan media sosial dengan bijak.
2. Manfaatkan Fitur Kontrol Orang Tua
Aktifkan parental control di ponsel, TV pintar, dan aplikasi. Gunakan Google Family Link atau aplikasi serupa untuk mengawasi penggunaan.
3. Ciptakan Zona Aman Digital di Rumah
Terapkan aturan bersama—gadget di luar kamar tidur, batas waktu layar maksimal 2 jam per hari, dan satu hari bebas gadget setiap minggu.
4. Ganti dengan Konten Positif
Ajak keluarga menonton film Islami, mendengarkan kajian, atau membuat proyek kreatif yang membangun iman dan keterampilan.
5. Bangun Komunikasi Terbuka
Jadilah pendengar, bukan hakim. Dorong anak bercerita jika menemukan konten mencurigakan.
6. Tanamkan Nilai Islam
Ingatkan bahwa Allah Maha Melihat, bahkan di dunia maya. Tumbuhkan rasa malu dan tanggung jawab digital.
7. Jadi Teladan
Orang tua harus mengurangi scrolling tak bermanfaat dan menunjukkan penggunaan gadget yang produktif.
Melindungi keluarga dari konten negatif bukan soal membatasi semata, tapi membimbing dengan cinta. Kontrol terbesar ada di hati dan pikiran, bukan di layar gadget.
Rumah harus menjadi benteng iman dan pusat kebijaksanaan digital. Jadilah pemimpin yang membimbing keluarga menavigasi dunia maya dengan akhlak mulia.