MAKLUMAT – Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2026, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPBD Jatim) diminta meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Hal ini disampaikan anggota Komusi E DPRD Jawa Timur, Wara Sundari Renny Pramana. Ia menegaskan bahwa mitigasi tidak boleh berhenti pada seremoni, tetapi harus menyentuh penguatan kesiapsiagaan masyarakat hingga lapisan paling bawah.
Bunda Wara menyoroti khusus kawasan selatan Jawa Timur yang memiliki kontur pegunungan dan hutan lebat. Daerah seperti Pacitan, Trenggalek, Blitar, Lumajang, Malang Selatan, hingga Banyuwangi dinilai memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana longsor, banjir bandang, hingga cuaca ekstrem.
“Saya meminta BPBD memperluas sosialisasi kebencanaan secara masif agar masyarakat benar-benar memahami langkah darurat ketika bencana terjadi,” ujar Wara, Kamis (4/12/25).
Ia juga menekankan pentingnya pengawasan kawasan hutan untuk mencegah praktik pembalakan liar yang memperparah risiko bencana saat musim hujan.
“Saya juga minta patroli hutan ditingkatkan dan penegakan hukum berjalan tegas terhadap pelaku perusakan lingkungan,” tegas Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim ini.
Selain penguatan mitigasi, lanjut Wara, meminta BPBD Jatim bergerak cepat memperbarui pemetaan titik rawan, memastikan kesiapan alat, meningkatkan sistem peringatan dini, serta mengoptimalkan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota.
Bendahara DPD PDIP Jatim ini menegaskan bahwa kesiapsiagaan harus dilakukan secara menyeluruh, mulai pemerintah hingga masyarakat di daerah rawan.
“Pemerintah harus hadir, waspada, dan bertindak proaktif. Jangan lengah, karena keselamatan masyarakat adalah prioritas utama,” pungkas legislator asal Dapil Kediri tersebut.
BMKG: Cuaca Ekstrem Meningkat Menjelang Akhir Tahun
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan peningkatan signifikan tren hujan ekstrem dan angin kencang di akhir tahun. Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menyebut Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur masuk tiga wilayah dengan frekuensi tertinggi kejadian cuaca ekstrem.
BMKG juga mendeteksi sejumlah fenomena atmosfer yang memperkuat anomali cuaca. Diantaranya; aktifnya Monsoon Asia, Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, Gelombang Rossby Equator, hingga seruak dingin Siberia.
Selain itu, potensi terbentuknya bibit siklon tropis di selatan Indonesia juga perlu diwaspadai, mengingat anomali cuaca bisa memicu perubahan pola pembentukan siklon seperti kasus Siklon Senyar yang menimbulkan kerusakan besar di Aceh.
BMKG memprediksi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi pada 28 Desember–10 Januari, meliputi seluruh Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi Selatan, hingga Papua Selatan, dengan intensitas mencapai 300–500 mm per bulan.
“Dari pantauan kami juga ada potensi banjir rob di pesisir utara Jawa akibat fase perigee dan bulan purnama pertengahan Desember,” jelas Faisal.