MAKLUMAT — Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa menjelang pergantian kepemimpinan dari Presiden Jokowi ke Prabowo, Minggu (20/10/2024), posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai US$425,1 miliar pada Agustus 2024.
Angka ini mengalami kenaikan sebesar 7,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jika dikonversi ke rupiah, jumlah utang tersebut setara dengan Rp6.635,81 triliun dengan kurs Rp15.610 per dolar AS.
Dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya, yakni sebesar US$414,3 miliar atau setara dengan Rp6.361,16 triliun (kurs Rp15.354 per dolar AS), terjadi peningkatan sebesar US$10,8 miliar dalam kurun waktu satu bulan.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyatakan bahwa meski ada kenaikan, posisi ULN Indonesia tetap berada dalam kondisi terkendali. Kenaikan ini, menurutnya, bersumber dari sektor publik dan sektor swasta.
“Selain itu, posisi ULN Agustus 2024 juga dipengaruhi oleh pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah,” kata Denny dalam keterangan resminya pada Senin (14/10/2024), seperti dikutip dari laman Bisnis.
Denny menambahkan bahwa ULN pemerintah meningkat ke level US$200,4 miliar, tumbuh sebesar 4,6% secara tahunan (year on year/YoY), lebih tinggi dari pertumbuhan pada Juli 2024 yang hanya mencapai 0,6% YoY. Sebagai perbandingan, pada Juli 2024, ULN pemerintah tercatat sebesar US$194,3 miliar.
Aliran modal asing yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) domestik terutama mendorong peningkatan ini. Hal ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.
ULN swasta pada Agustus 2024 mencapai US$197,8 miliar, tumbuh 1,3% YoY. Jumlah ini sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Juli 2024 yang tercatat sebesar 0,5% YoY.
Utang Swasta
Sektor industri pengolahan, jasa keuangan, dan asuransi mendominasi ULN swasta. Kemudian diikuti oleh pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian, yang secara keseluruhan menyumbang 79,3% dari total ULN swasta.
BI terus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola ULN untuk menjaga struktur ULN Indonesia tetap sehat. Bank sentral juga terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk memantau perkembangan ULN.
Hal ini terlihat dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang masih berada di level 31,0%, dengan dominasi ULN jangka panjang yang mencapai 84,3% dari total ULN.