MAKLUMAT — Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK), menyampaikan pidato testimoni yang lugas dan berbobot dalam acara Milad ke-113 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Bandung (UMB) pada Selasa (18/11). Dalam sorotannya, JK memuji capaian organisasi yang luar biasa di bidang pendidikan dan kesejahteraan, namun secara tegas mendesak agar Muhammadiyah memperkuat semangat entrepreneurship di kalangan kadernya.
Kisah Wasatiyah dan Aset Keagamaan Terkaya
JK mengawali pidatonya dengan berbagi kisah personal tentang latar belakang wasatiyah (moderasi) yang membentuknya. “Bapak saya bendahara NU dan Ibu saya bendahara ‘Aisyiyah,” ungkap JK, menjelaskan bahwa keberagaman ini membuatnya aktif di berbagai lini, termasuk Muhammadiyah, karena memiliki “lebih banyak kegiatan.”
Pujian besar disampaikan JK atas capaian usia 113 tahun, yang disebutnya sebagai pencapaian langka. Tak hanya itu, JK juga menyebut Muhammadiyah sebagai “organisasi keagamaan yang paling kaya di dunia.” Ia menceritakan pengalamannya diundang dalam penelitian tentang harta Muhammadiyah, yang saking banyaknya aset yang dimiliki hingga sulit untuk dihitung.
“Apa yang dilakukan Muhammadiyah selaras dengan tujuan konstitusi, yaitu bahwa negara bertanggung jawab pada kecerdasan bangsa,” tegasnya, merujuk pada kontribusi nyata organisasi ini.
Tantangan Semangat: Mencontoh Jejak Nabi SAW
Meskipun memuji kemajuan pesat, JK menyoroti adanya tantangan dalam hal semangat. Ia memaparkan data impresif: Muhammadiyah kini mengelola hampir 170 rumah sakit dan hampir 180 universitas. Namun, ia mempertanyakan: “Siapa yang memberikan nilai tambah, mengadakan pertemuan, dan melakukan usaha?” Jawabannya, menurut JK, adalah pengusaha.
Oleh karena itu, semangat kemajuan dan pertumbuhan Muhammadiyah harus diiringi “semangat entrepreneur yang kuat.”
JK lantas mengingatkan kembali tentang teladan Rasulullah SAW. “Rasulullah adalah seorang pengusaha dari umur 13 sampai 40 tahun.” Dengan demikian, Muhammadiyah perlu mengikuti jejak Nabi Muhammad, yaitu menjadi pengusaha terlebih dahulu.
Ia memberikan contoh kader yang meskipun drop out dari universitas, memilih jalur pengusaha dan kini “lebih maju daripada banyak sarjana.”
Dorongan untuk Mampu dan Pantang Mundur
Di penghujung pidatonya, JK menekankan bahwa dorongan untuk mencapai kesejahteraan harus disertai “semangat pantang mundur.” “Umat Islam didorong untuk melaksanakan lima rukun Islam dengan kemampuan besar. Umat Islam didorong untuk menjadi mampu, tidak harus kaya,” jelas JK. Ia menambahkan bahwa jika seseorang tidak mampu, ia hanya dapat melaksanakan tiga dari lima rukun Islam. Hal ini menggarisbawahi pentingnya kemandirian ekonomi dan entrepreneurship sebagai fondasi untuk pelaksanaan ajaran agama secara kaffah.***