MAKLUMAT – Mahasiswa Public Relations Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam komunitas Arutala menggelar pameran keramik bertajuk ‘Genggaman’. Bukan sekadar pameran. Di sini menampilkan karya seni, sekaligus membuka ruang kolaborasi dan apresiasi terhadap keramik lokal.
Tidak seperti pameran pada umumnya. Genggaman ini berlangsung selama sebulan penuh dari 14 Juni hingga 14 Juli 2025 di Studio Matahati Ceramics, Kota Batu.
Pameran keramik ‘Genggaman’ menggandeng Matahati Ceramics serta melibatkan sejumlah seniman dari berbagai kampus ternama. Sebut saja Institut Seni Indonesia (ISI), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Negeri Malang (UM). Kolaborasi lintas institusi ini menjadi penguat semangat untuk memperkenalkan kerajinan keramik kepada publik yang lebih luas.
“Ini bukan soal memamerkan karya, tapi juga bagaimana keramik bisa menjadi bagian dari komunikasi visual yang hidup. Kami ingin menunjukkan bagaimana seni keramik dapat menjadi ruang dialog antara tradisi dan inovasi,” ujar Muhammad Rifqy, Ketua Arutala.

Kolaborasi Karya Seni dan Produk Ekonomi
Pameran ini dibuka Ketua GEKRAFS Kota Batu, Yanuar Baihaqi. Ia menilai pameran keramik semacam ini penting untuk mendekatkan masyarakat dengan proses pembuatan keramik, sekaligus mendorong pengembangan produk keramik Batu ke kancah yang lebih luas.
Beragam agenda menarik mengiringi kegiatan guna menghidupkan suasana. Mulai dari pembacaan puisi, pertunjukan musik akustik, hingga art performance menjadi bagian dari rangkaian acara. Selain itu, pengunjung juga dapat mengikuti sesi bincang santai bersama para seniman, Pottery Class untuk belajar langsung membuat keramik, serta Art Talk bersama GEKRAFS yang membahas geliat industri kreatif.
Antika, salah satu pengunjung, mengaku antusias mengikuti pameran ini. “Pertama kali datang ke acara seperti ini dan sangat terkesan. Banyak kegiatan menarik dengan suasana yang tak kalah seru,” ujarnya.
Pameran keramik Genggaman mendorongg mahasiswa UMM belajar mengelola sebuah agenda seni. Di sini mahasiswa juga memainkan peran penting dalam membangun ekosistem kreatif yang lebih inklusif. Pameran ini menjadi jembatan untuk mempertemukan ide, tradisi, dan inovasi dalam satu genggaman.