Kereta Hidrogen dari China Disiapkan Jadi Solusi Masa Depan Logistik Dunia

Kereta Hidrogen dari China Disiapkan Jadi Solusi Masa Depan Logistik Dunia

MAKLUMATGeliat revolusi energi hijau kini merambah jalur rel. Di tengah gurun kering Antofagasta, Cili, kereta berbahan bakar hidrogen buatan China tengah dipersiapkan untuk diuji coba. FCAB, perusahaan logistik yang sudah seabad mengangkut mineral di utara Cili, bersiap mengoperasikan kereta hidrogen untuk mengangkut tembaga dari tambang hingga pelabuhan.

Melansir laporan akun Youtube DW Indonesia, Sabtu (28/6/2025), armada baru ini akan diuji lebih dulu di rute pendek menuju kawasan pelabuhan, sebelum melintasi rute panjang ke Bolivia dan tambang-tambang di pegunungan. Tak main-main, setiap tahun FCAB mengangkut 7 juta ton kargo lewat jaringan rel sejauh 700 km.

Langkah ini jadi bagian dari target ambisius perusahaan untuk membangun jaringan kereta bebas emisi karbon. Namun, jalan masih panjang. Hidrogen yang digunakan masih diimpor dari Brasil dan diproduksi lewat biomassa. Biayanya? Jauh lebih mahal dibandingkan diesel. Tapi FCAB yakin, harga bisa ditekan dalam waktu dekat.

Tak hanya perusahaan, pemerintah Cili pun punya ambisi besar. Mereka ingin jadi produsen hidrogen paling murah di dunia. Lewat proyek besar di wilayah selatan, negeri penghasil tembaga terbesar itu sedang membangun infrastruktur dan mempercepat produksi hidrogen dari tenaga angin. Total subsidi yang dikucurkan mencapai USD 825 juta—kerja sama dengan Bank Dunia dan Uni Eropa.

Data World Economic Forum menyebut, Amerika Latin berpotensi menyuplai sepertiga kebutuhan hidrogen bersih dunia pada 2030. Namun, sebagian besar produksi di kawasan ini masih mengandalkan bahan bakar fosil. Target Cili dan Argentina jelas: memangkas ongkos produksi hidrogen hijau jadi USD 1,5 per kilogram pada 2030.

Baca Juga  Mobil RI 25 Dikepung ASN Kemendiktisaintek, Tuntut Satryo Soemantri Dipecat

Meski menjanjikan, jalan kereta hidrogen tak selalu mulus. Di Jerman, euforia kereta hidrogen mulai meredup. Proyek ambisius Taunusbahn yang rencananya mengoperasikan 27 kereta hidrogen kini tersendat. Masalah teknis membuat sejumlah armada mogok jalan, dan operator lokal mempertimbangkan kembali ke kereta diesel.

“Permintaan hidrogen untuk kereta masih rendah. Banyak tantangan teknis yang belum terpecahkan,” ujar Thomas Koch, peneliti di Karlsruhe Institute for Technology, Jerman.

Investasi Jumbo

Sementara itu, negara-negara seperti Kanada, Jepang, India, dan China terus menguji kereta hidrogen dalam skala kecil. Tapi pengembangan besar-besaran masih butuh investasi jumbo dan infrastruktur pendukung.

Padahal, potensi kereta api sebagai moda transportasi ramah lingkungan sangat besar. Emisi gas rumah kaca kereta jauh lebih kecil dibanding truk. Dari sisi efisiensi ruang, kereta bisa mengangkut 40 kali lebih banyak penumpang per meter persegi dibanding kendaraan darat.

Namun, pembangunan jaringan listrik di atas rel (elektrifikasi) masih sangat mahal. Di Mesir, biayanya USD 250 ribu per km, di Eropa bisa tembus EUR 1,5 juta per km, bahkan di Inggris bisa dua kali lipatnya.

Dalam peta besar energi masa depan, kereta hidrogen bukan satu-satunya jawaban. Tapi di wilayah-wilayah terpencil dan jarak jauh yang sulit dielektrifikasi, ia bisa jadi solusi yang layak. Masa depan logistik hijau memang tidak ditentukan oleh satu teknologi, melainkan oleh kemampuan berinovasi dan investasi yang tepat sasaran.

Baca Juga  Bulan Ramadan Lebih Terang dan Hijau di Probolinggo
*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *