MAKLUMAT – Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul, angkat suara soal meninggalnya Rheza Sendy Pratama (20), mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta. Rheza wafat usai mengikuti aksi demonstrasi di depan Mapolda DIY, Sabtu (30/8).
Ketua LHKP PDM Bantul, DR. Takdir Ali Mukti, M.Si, menyebut kematian Rheza adalah tragedi sekaligus meneguhkan perannya sebagai martir perjuangan demokrasi di Yogyakarta.
“Mas Rheza ini martir di Yogyakarta untuk unjuk rasa 2023. Dia mahasiswa masih lugu, angkatan 2023, tentu saja masih memiliki idealisme murni. Dia memperjuangkan dalam bingkai demokrasi sebagaimana yang dia pahami ketika kuliah,” ucap Takdir kepada Maklumat.ID, Senin (1/9/2025).
Namun, lanjut Takdir, situasi di lapangan justru menunjukkan wajah buruk demokrasi. “Yang terjadi di luar adalah demokrasi dalam bentuk keliaran aparat negara dalam menanggapi secara kekanak-kanakan. Aspirasi masyarakat, baik luas maupun akademik, kami sangat mengutuk kejadian ini,” tegasnya.
Seperti diberitakan, jenazah Rheza sempat dibawa ke RSUP Dr Sardjito sebelum disemayamkan di rumah duka, Mlati, Sleman, dan dimakamkan di TPU Sasanalaya Jatisari pada Ahad sore. Ayah almarhum, Yoyon Surono, mengatakan dirinya mendapat kabar putranya masuk rumah sakit akibat terkena gas air mata. Namun ketika tiba, Rheza sudah meninggal dunia pukul 07.00 WIB. “Saya ke sana, anaknya sudah terbujur. Katanya diantar dua orang dari unit kesehatan Polda,” ujarnya.
Yoyon mengaku menemukan sejumlah luka saat memandikan jenazah. “Leher seperti patah, perut ada bekas pijakan sepatu PDL, kepala bocor, tubuh ada sayatan, kaki dan punggung lecet-lecet,” ungkapnya dengan suara bergetar. Meski begitu, keluarga memutuskan tidak melakukan otopsi. “Saya anggap musibah. Harapan saya, demo-demo bisa berjalan damai, dan aparat jangan main gebuk. Kasihan mahasiswa dan masyarakat yang tidak paham situasi,” ujarnya.
Ketua BEM Amikom, Alvito Afriansyah, menyebut pihaknya memperoleh informasi bahwa Rheza ikut aksi sejak Sabtu malam. Ia juga menyinggung video yang beredar di media sosial, memperlihatkan Rheza mengendarai motor saat gas air mata ditembakkan. “Betul itu korban, dilihat dari motor dan keterangan teman sekelas. Saat itu korban tertinggal ketika aparat menembakkan gas air mata,” jelas Alvito dikutip dari CNN Indonesia.
Namun, BEM Amikom masih mengumpulkan fakta-fakta di lapangan. “Ada satu orang dibonceng Rheza dalam video itu. Sampai hari ini kami belum menemukan identitasnya,” ungkap Alvito.
Bela Sungkawa
Takdir menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga Rheza. Menurutnya, duka atas kepergian Rheza tak hanya dirasakan keluarga, tetapi juga komunitas akademik dan mahasiswa se-DIY. “Malam (Ahad malam, Red) ini mahasiswa UMY berkumpul di Fisipol untuk menyampaikan doa. Kami bersama-sama menunjukkan solidaritas. Doa itu menjadi bukti bahwa perjuangan Mas Rheza tidak akan sia-sia,” katanya.
Takdir menambahkan, perjuangan mahasiswa Amikom itu akan dicatat sebagai amal saleh. “Kita semua menjadi saksi bahwa perjuangan itu mulia untuk masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Amikom, Ahmad Fauzi, juga menyampaikan duka cita mendalam. Pihaknya akan melakukan investigasi internal demi mengungkap peristiwa yang menimpa Rheza. “Harapan kami, kepolisian bisa memberikan informasi lengkap. Peristiwa yang terjadi seperti apa harus terang,” tegasnya.
Polisi: Ada Penyerangan ke Mapolda DIY
Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Ihsan, menyebut Mapolda DIY kembali diserang sejak Sabtu malam hingga Minggu pagi. “Sekitar 50 orang mendatangi Mapolda, melempar batu, petasan, molotov, serta menarik kawat duri yang dipasang polisi,” jelas Ihsan. Ia menambahkan, massa juga sempat bentrok dengan warga sekitar.
Aksi baru bubar Ahad pagi sekitar pukul 06.00 WIB setelah pengamanan dari TNI-Polri. Polisi mengklaim mengamankan puluhan orang, termasuk pelajar SMP dan SMA, beberapa positif narkoba. Barang bukti yang disita antara lain satu senjata tajam dan dua botol molotov.
Dari kejadian itu, enam orang dilaporkan terluka, termasuk satu anggota Polri yang dirawat di RS Bhayangkara. “Sangat disayangkan, penyerangan melibatkan anak-anak. Kami mengajak orang tua dan sekolah lebih ketat mengawasi,” ujarnya.
Misteri Kematian
Meski polisi menyebut aksi di Mapolda DIY diwarnai penyerangan, keluarga dan mahasiswa masih menuntut kejelasan terkait penyebab meninggalnya Rheza. Hingga kini belum ada penjelasan resmi mengenai luka-luka yang ditemukan di tubuhnya. Solidaritas mahasiswa lintas kampus pun terus mengalir. Mereka menggelar doa bersama dan menyebut Rheza sebagai martir demokrasi di Yogyakarta.***