Ketua LHKP PWM Jatim: Politik Itu Soal Keterpengaruhan

Ketua LHKP PWM Jatim: Politik Itu Soal Keterpengaruhan

MAKLUMAT — Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PWM Jawa Timur, Muhammad Mirdasy, menjadi salah satu pembicara dalam Madrasah Mubadalah wa Siyasah yang digelar Koorkom IMM UINSA di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Jumat (22/8/2025).

Dalam kesempatan itu, pria yang karib disapa Abah Mirdasy itu membahas banyak hal, terutama terkait hakikat politik sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.

Ia mencontohkan bagaimana janji politik sering digunakan untuk menarik simpati masyarakat. Efektivitas seorang politikus, kata dia, tergantung pada bagaimana ia memengaruhi opini publik melalui pesan yang disampaikan. “Politik sering menjanjikan hal-hal besar untuk menarik perhatian, tapi pada akhirnya publik harus tetap kritis dan menilai sendiri,” ujarnya.

Ia juga menyoroti peran media dalam membentuk persepsi publik terhadap politik. Menurut Abah Mirdasy, kepercayaan atau keraguan masyarakat seringkali kembali pada pemberitaan media, karena orang cenderung menilai politik melalui informasi yang disampaikan berita. Ia menekankan bahwa persepsi publik bisa berubah hanya dari satu komentar yang dianggap kredibel.

Selain itu, pria yang juga menjabat Ketua PW Parmusi Jatim itu menyebut, kemampuan memengaruhi menjadi inti dari politik. Ia menekankan bahwa seorang politikus harus mampu meyakinkan orang lain agar strategi politiknya berhasil. “Inilah politik. Politik itu keterpengaruhan. Kalau Anda tidak bisa mempengaruhi orang lain, berarti Anda belum jadi politisi,” tandasnya.

Baca Juga  Risma Siap Normalisasi Kali Porong agar Air Bersih untuk Warga Sidoarjo Bisa Murah

Partisipasi politik muncul dari berbagai motivasi, bukan hanya niat pribadi. Ia menjelaskan bahwa ada orang yang terlibat karena diajak teman, sementara yang lain memang ingin ikut berpartisipasi. Memahami motivasi peserta politik, menurutnya, menjadi bagian penting dari strategi yang efektif.

Abah Mirdasy menegaskan bahwa kemampuan mempengaruhi tidak boleh disalahartikan sebagai manipulasi. Ia menjelaskan bahwa pengaruh bisa bersifat positif maupun negatif. Ada cara mempengaruhi yang cenderung manipulatif, tetapi ada pula cara mempengaruhi yang mendorong partisipasi bermakna dan konstruktif.

Ia juga menekankan bahwa meski seorang politisi mampu mempengaruhi banyak orang dan mendorong partisipasi publik, hasil dari upaya itu tidak selalu sesuai ekspektasi masyarakat. Pemimpin yang tampak ideal atau populer sebelum menjabat bisa mengecewakan setelah berada di posisi kekuasaan, karena tanggung jawab nyata dan dinamika politik sering berbeda dari janji awal.

Oleh karena itu, kata dia, membangun pengaruh harus diimbangi dengan sikap realistis dan kesadaran bahwa janji-janji yang telah dipegang masyarakat selalu diuji oleh kenyataan pemerintahan.

“Dulu ada yang dianggap calon paling hebat, tapi sekarang banyak (masyarakat) yang kecewa. Realitas di dalam politik selalu berubah, dan kebenaran hari ini belum tentu adalah kebenaran esok hari,” tegas pria yang juga pernah menjabat Ketua DPW Partai Perindo Jatim itu.

*) Penulis: M Habib Muzaki / Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *