MAKLUMAT — Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah/NA) Ariati Dina Puspitasari mengajak kader-kader NA untuk menghasilkan diskusi yang membawa dampak positif, tidak hanya bagi organisasi, tetapi juga bagi bangsa. Hal itu dia sampaikan dalam forum Musyawarah Kerja Wilayah (Musykerwil) 1 Nasyiah Jatim yang berlangsung pada Sabtu-Ahad (26–27/4/2025).
“Mudah-mudahan evaluasi hari ini bisa memberi dampak positif bagi Nasyiah di Jawa Timur, Pimpinan Pusat, serta bagi perempuan dan bangsa,” kata Ariati.
Peran Penting Dukungan Keluarga
Dalam kesempatan itu, dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tersebut menyinggung bahwa selama Bulan Ramadan lalu seolah menjadi momen ‘family time’ bagi kader Nasyiah, sebab di luar Ramadan aktivitas kader dipenuhi kolaborasi lintas elemen. Ia menyoroti tantangan kader dalam membagi waktu antara keluarga dan organisasi.
“Banyak kader NA berada dalam situasi sulit, seperti harus meninggalkan keluarga sejenak demi kegiatan. Ini menjadi tantangan dalam membagi waktu antara keluarga dan organisasi. Namun, alhamdulillah banyak yang dapat melaksanakannya dengan baik,” ujarnya.
Menurutnya, dukungan keluarga adalah faktor penting dalam kelancaran gerakan Nasyiah. “Beruntunglah kita yang mendapat dukungan dari keluarga, suami, dan anak-anak,” kelakar Ariati.
Ariati mengingatkan bahwa esensi perjuangan Nasyiah yang sejatinya adalah jihad fi sabilillah untuk meraih ridha Allah. “Semoga keluarga kita semua senantiasa sakinah, mawaddah, warahmah, karena keluarga adalah support utama bagi kita,” tambahnya.
Penguatan Cabang dan Ranting Nasyiah
Tak hanya itu, ia juga menyampaikan apresiasi kepada Pimpinan Wilayah (PW) dan Pimpinan Daerah (PD) Nasyiatul Aisyiyah se-Jawa Timur, yang dinilainya memiliki kekuatan gerakan di akar rumput yang kokoh.
“Ujung tombak gerakan kita di NA adalah cabang dan ranting. Inilah kekuatan kita dalam kontribusi nyata di akar rumput,” sebutnya.
Ia menegaskan pentingnya penguatan cabang dan ranting sebagai basis gerakan yang visioner dan inovatif, terutama dalam membina kader muda.
“Di ranting terdapat banyak dinamika, lebih banyak dibandingkan pusat. Jika pusat berkaitan dengan sinergi yang luas dan kedewasaan emosional, maka di ranting kita banyak menemui kader muda usia 17 tahun yang masih dalam proses penataan emosional melalui Nasyiatul Aisyiyah. Karena itu, cabang dan ranting harus terus digerakkan,” tandasnya.
Ariati juga menekankan perlunya profesionalisme dan pendataan organisasi sebagai fondasi program kerja.
“Kita tidak bisa mengukur seberapa banyak cabang dan ranting jika tidak mendaftarkan serta merapikan SKO, KTNA, atau melaporkan data organisasi. Data ini penting sebagai baseline penyusunan program PPNA,” sorotnya.
Pendidikan dan Kapasitas Kader
Lebih lanjut, Ariati juga menyerukan pentingnya pendidikan tinggi untuk memperkuat kapasitas kader. “NA akan maju dan tangguh melalui pendidikan tinggi. Yang belum S1 agar segera menuntaskannya, yang belum S2 mari dilanjutkan, dan yang akan lanjut S3 ayo segerakan,” ajaknya.
Ia menambahkan bahwa pendidikan bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi juga membangun lingkungan yang mendukung kemajuan perempuan.
“Terkait isu pemerintahan dan politik, mungkin kini memengaruhi pandangan kita. Namun, banyak isu yang tidak relevan dengan organisasi. Mari kita fokus mengembangkan perempuan dan berkolaborasi dengan semua elemen yang memiliki visi kebaikan di muka bumi,” pesan Ariati.