KH Imam Jazuli: Islah Tak Bisa Hapus Dugaan Pelanggaran Berat Gus Yahya

KH Imam Jazuli: Islah Tak Bisa Hapus Dugaan Pelanggaran Berat Gus Yahya

MAKLUMAT  Tokoh NU sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, Jawa Barat, KH Imam Jazuli menegaskan persoalan yang menyeret KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) hingga dicopot dari Ketum PBNU, bukan sekadar konflik internal. Ia menyebut ada dugaan pelanggaran berat yang tidak bisa diselesaikan melalui mekanisme islah, seperti dorongan sebagian elite.

Imam Jazuli melihat adanya upaya mengemas persoalan ini seolah hanya “perselisihan biasa” demi membuka ruang kompromi. Padahal, keputusan Syuriah yang memuat pemberhentian Ketum PBNU merupakan sanksi organisasi yang berdasar AD/ART, bukan perbedaan pendapat.

“Ini bukan kisruh biasa. Ada dugaan pelanggaran berat yang sudah disebut Syuriah, bahkan Rais Aam. Tidak bisa kemudian semuanya disederhanakan menjadi islah,” terangnya, Sabtu (6/12/2025)

Imam Jazuli menyatakan narasi islah yang diramaikan sejumlah pengurus justru berpotensi menutup substansi dugaan pelanggaran. Terlebih, surat edaran Syuriah telah merujuk pasal-pasal AD/ART dan indikasi masalah pengelolaan keuangan.

“Kalau pelanggarannya berat, mekanisme yang dipakai harus pertanggungjawaban. Bukan perdamaian. NU itu punya aturan yang wajib ditegakkan,” ujar pengurus PBNU periode 2010–2015 ini.

Ia juga menyoroti pemanfaatan seruan islah para kiai sepuh, karena wibawa ulama tidak boleh dijadikan instrumen untuk mengaburkan persoalan struktural.

“Kiai sepuh itu penjaga marwah NU. Tidak boleh dipolitisasi untuk menutupi kesalahan. Itu justru merugikan kehormatan ulama,” katanya.

Baca Juga  OKI Nilai Serangan Israel Bentuk Pelanggaran Kedaulatan Iran

Imam Jazuli mendorong PBNU menjalankan proses organisasi secara terbuka, termasuk audit bila diperlukan. Penyelesaian bermartabat hanya bisa ditempuh lewat mekanisme formal, bukan kompromi yang memotong substansi kasus.

“Mengubah pelanggaran menjadi konflik itu taktik untuk menghindari akuntabilitas. NU butuh penegakan aturan, bukan kompromi yang prematur,” tandasnya.

Polemik terkait posisi Gus Yahya mencuat setelah sejumlah dokumen Syuriah menyebut dugaan pelanggaran AD/ART. Sementara sebagian pengurus lain mencoba meredam tensi dengan mendorong jalur islah demi menjaga keutuhan organisasi.

Namun bagi Imam Jazuli, keputusan Syuriah yang diambil secara kolektif tidak seharusnya dipertentangkan dengan seruan para kiai sepuh.

“Keputusan Syuriah itu kolektif dan berdasar aturan. Tidak elok kalau dibenturkan dengan para kiai sepuh. Menjaga marwah NU dimulai dari keberanian menegakkan kebenaran,” pungkas dia.***

*) Penulis: R Giordano

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *