KH Malik Madani: Tiga Tokoh Jadi Sumbu Konflik PBNU, Saatnya Mundur Terhormat dan Tak Maju Lagi di Muktamar 2026

KH Malik Madani: Tiga Tokoh Jadi Sumbu Konflik PBNU, Saatnya Mundur Terhormat dan Tak Maju Lagi di Muktamar 2026

MAKLUMATKatib Aam Syuriah PBNU 2010–2015, KH Malik Madani angkat suara terkait memanasnya konflik internal PBNU. Ia menyebut situasi ini sebagai salah satu krisis organisasi paling memalukan dalam sejarah NU.

“Konflik internal PBNU sekarang sangat memprihatinkan dan memalukan,” ujar Kiai Malik di Yogyakarta, Senin (2/11).

Menurutnya, kekisruhan hari ini merupakan buntut panjang dari dinamika Muktamar NU di Alun-Alun Jombang pada 2015. Ia menilai ada “pemain lapangan” utama saat itu yang kini memegang posisi strategis di PBNU.

“Tokoh-tokoh yang bermain pada Muktamar 2015 adalah mereka yang sekarang menjabat Ketum dan Sekjen PBNU. Waktu membuktikan bahwa persekutuan keduanya tidak ikhlas membesarkan NU,” ungkapnya.

Tanpa menyebut nama, publik memahami yang dimaksud adalah Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Kiai Malik menilai keretakan hubungan keduanya telah merusak tata kelola organisasi.

“Banyak SK pengesahan wilayah dan cabang terbengkalai, tidak terbit-terbit,” tegas Kiai Malik.

Ia juga mengkritik langkah Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, yang menurutnya turun tangan dengan cara yang tidak sesuai prosedur dan justru memperkeruh keadaan.

Kiai Malik mengungkapkan tindakan Rais Aam yang mengaitkan PBNU dengan pengaruh Zionis internasional tidak mendinginkan situasi. Ketum, Sekjen dan Rais Aam kini menjadi titik simpul konflik PBNU. Ketiganya wajib muhasabah dan bersedia mundur secara elegan melalui mekanisme organisasi.

Baca Juga  Puan Maharani: Peran TNI Tidak Hanya Kekuatan Militer, Tetapi juga Garda Terdepan Jaga Stabilitas

Sebagai jalan keluar, Kiai Malik mendorong agar Muktamar dipercepat dengan syarat ketiga tokoh itu tidak mencalonkan diri lagi. Mereka sudah gagal menakhodai NU dan hampir membawa NU ke jurang perpecahan.

Untuk masa depan NU, ia menyebut sejumlah tokoh senior yang patut dipertimbangkan memimpin organisasi, antara lain Prof. KH Ma’ruf Amin dan Prof. Asep Saifuddin Chalim.***

*) Penulis: R Giordano

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *