KHGT: Satu Umat, Satu Kalender, dan Satu Peradaban

KHGT: Satu Umat, Satu Kalender, dan Satu Peradaban

MAKLUMAT — Ketua PP Muhammadiyah, Prof Syafiq A Mughni MA PhD, menyebut bahwa penetapan penggunaan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) adalah langkah penting dalam upaya untuk menyatukan umat Islam secara global.

Hal itu ia sampaikan ketika menyampaikan orasi ilmiah dalam Wisuda ke-45 Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), yang berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan Kampus I Umsida, Sabtu (26/7/2025).

Dalam pidatonya, Syafiq menyoroti pentingnya ijtihad dan tajdid sebagai karakter dasar gerakan Muhammadiyah dalam menghadapi dinamika masa depan.

Kedua nilai tersebut, kata dia, menjadi pendorong utama kiprah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dalam membangun masyarakat berkemajuan.

Dengan semangat tersebut, Umsida menurutnya telah menjadi bagian penting dari transformasi pendidikan dan kontribusi nyata Muhammadiyah bagi Indonesia dan dunia Islam.

Syafiq menyebut bahwa penetapan KHGT adalah bagian dari ijtihad dan gerakan tajdid Muhammadiyah, sekaligus ikhtiar penting dalam rangka menyatukan umat Islam sedunia.

“Tanggal yang digunakan oleh seluruh umat Islam sekarang ini tidak otomatis sama. Kalau kita menentukan Idul Fitri, awal Ramadan, Iduladha, puasa Arafah, dan lain sebagainya, kita selalu berdebat kapan kita harus melaksanakannya,” ujarnya.

Inovasi tersebut merupakan keinginan dan tekad Muhammadiyah sebagai partisipasi di dalam membangun tata kehidupan yang damai dan berkeadilan dalam rangka membangun ukhuwah islamiyah di antara seluruh umat Islam.

Baca Juga  Abdul Mu’ti Nilai Pilkada Serentak 2024 sebagai Eksperimen Politik

Ia menegaskan bahwa sebagai satu kesatuan umat Islam, memang seharusnya memiliki sistem kalender yang satu sebagai acuan internasional.

Dengan begitu, lanjutnya, umat Islam akan mampu membangun peradaban yang satu pula, yakni peradaban Islam yang inklusif dan didedikasikan untuk kemajuan masyarakat internasional tanpa memandang agama dan kebangsaan.

Syafiq menandaskan bahwa Muhammadiyah terus berijtihad dan tidak berhenti berpikir dalam memahami ajaran Islam, sebagaimana tuntunan Rasulullah Saw tentang keutamaan ijtihad.

Mengutip sabda Rasulullah Muhammad Saw, Syafiq menegaskan bahwa orang yang berijtihad dan benar mendapatkan dua pahala, dan yang salah pun tetap mendapatkan satu pahala.

Momentum peluncuran KHGT pada 1 Muharram 1447 H lalu oleh PP Muhammadiyah, dianggapnya sebagai tonggak menuju kemajuan dan perwujudan ukhuwah Islamiyah.

Menurutnya, menyatukan umat Islam dalam satu kalender tidak berarti mematikan pemikiran cerdas atau perbedaan pandangan. Namun, dalam hal-hal prinsip yang menyatukan umat, seharusnya bisa diwujudkan bersama.

“Kalender yang telah dirumuskan dan dibangun secara bersama-sama oleh Muhammadiyah akan menjadi kenyataan. Insya Allah pada suatu saat, mungkin tidak dalam waktu dekat, tapi akan memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun,” katanya.

Pria yang juga menjabat Ketua BPH Umsida itu mencontohkan perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam meluruskan kiblat, yang pada awalnya ditentang dan banyak yang belum bisa menerima pikiran dan sikapnya, namun kini menjadi kesadaran bersama.

Baca Juga  Urgensi KHGT dalam Dunia Islam

Begitu juga dengan KHGT yang menurutnya bisa dihitung hingga 25, 50, bahkan 100 tahun ke depan, namun Muhammadiyah menyusunnya secara tawadhu untuk 25 tahun.

Lebih lanjut, Syafiq menambahkan bahwa kehadiran Muhammadiyah dalam konferensi internasional, termasuk yang diinisiasi oleh Organization of Islamic Cooperation (OIC), menunjukkan tanggung jawab Muhammadiyah dalam menyuarakan dan memulai penggunaan kalender tersebut.

Ia menyebut bahwa reaksi para ilmuwan internasional terhadap langkah Muhammadiyah sangat luar biasa, termasuk dari Turki, Mesir, Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.

“Mari kita wujudkan satu umat, satu kalender, dan satu peradaban yang kita hadirkan di masa depan,” ajak Syafiq.

Insya Allah Muhammadiyah terus melangkah, melakukan ijtihad dan tajdid yang semuanya dijadikan oleh kepentingan umat Islam, bangsa Indonesia, dan kemanusiaan internasional,” imbuhnya.

*) Penulis: Romadhona S / Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *