MAKLUMAT – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. HM Saad Ibrahim, MA, melancarkan peringatan keras kepada seluruh umat Islam.
Kiai Saad mewanti-wanti agar umat menghindarkan diri dari jebakan semangat kepahlawanan jika tidak menempatkan Allah SWT pada posisi tertinggi, jauh melampaui segala ambisi dan kedudukan manusia.
Pesan penting ini Kiai Saad sampaikan saat membuka pengajian bertajuk “Mewujudkan Kepahlawanan dalam Era Kekinian” di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2025) malam.
Kiai Saad menegaskan bahwa pemaknaan kepahlawanan harus selalu berangkat dari kesadaran fundamental tersebut. Dia menghubungkan gagasan ini langsung dengan ayat perdana Surah Al-Alaq, $Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq$ (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan).
“Semangat proyeksi dari ungkapan “Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq”, di sinilah kita mengokohkan kembali posisi Allah menjadi posisi yang tertinggi dalam konteks the structure of being,” kata Kiai Saad seperti dilansir media afiliasMU, JakartaMU.
Jebakan Niat Keliru
Ulama kharismatik ini menilai konsep kepahlawanan di masa kini menyimpan banyak jebakan mematikan, terutama jika niat (keikhlasan) tidak terjaga secara ketat. Kiai Saad lantas mengutip Hadis Riwayat Abu Hurairah RA yang menggambarkan tiga golongan manusia yang justru menjadi yang pertama kali dihisab dan mengalami celaka karena niat yang melenceng.
Tiga golongan yang dimaksud Kiai Saad meliputi orang yang gugur di jalan Allah, di mana meskipun mencapai mati syahid, Allah justru mendustakannya karena niat sesungguhnya hanya mengharapkan pujian dan kemasyhuran manusia, bukan rida Allah; orang berilmu, yang mempelajari ilmu dan Al-Qur’an tetapi justru menjadikan popularitas sebagai tujuan utama, bukan pengabdian; dan orang dermawan, yang bersedekah namun semata-mata melakukannya agar orang lain mengenal dan menganggapnya masyhur sebagai sosok dermawan.
Kiai Saad menekankan umat Islam mesti menjaga keikhlasan. Dia mengingatkan bahwa penghormatan manusia sama sekali tidak mencerminkan kedudukan seseorang di hadapan Allah. “Tapi jangan pernah kemudian kita melakukan sesuatu itu untuk kemudian kita dikenal, kita kemudian dihormati, kita dianggap pahlawan,” tandasnya.***