25.3 C
Malang
Senin, Februari 24, 2025
RagamKiai Saad Ibrahim: Puasa untuk Memperkokoh Jiwa

Kiai Saad Ibrahim: Puasa untuk Memperkokoh Jiwa

Puasa
KH Saad Ibrahim menyampaikan pesan puasa saat memberikan kajian pada Pelantikan Kepala Sekolah se-Kabupaten Tegal, Sabtu (16/2) lalu. Foto:Muhammadiyah

MAKLUMATPuasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga. Ia adalah momentum pembentukan karakter, penguatan mental, dan penyucian jiwa.

Inilah inti pesan yang disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, K.H. Saad Ibrahim, dalam Pengajian Akbar dan Pelantikan Kepala Sekolah se-Kabupaten Tegal, Sabtu (16/2).

Menurutnya, puasa memiliki peran strategis dalam perjalanan peradaban Islam dan merupakan bagian dari strategi besar umat Islam dalam membangun peradaban yang lebih baik.

Dalam sejarah Islam, puasa bukan sekadar ritual ibadah, tetapi juga memiliki dimensi perjuangan. Saad mengaitkan kewajiban berpuasa dengan hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. Dua tahun setelah hijrah, umat Islam diwajibkan berpuasa.

Tahun itu juga menjadi saksi kemenangan besar dalam Perang Badar, yang membuktikan bahwa puasa bukan alasan untuk melemah, melainkan menjadi sumber energi bagi perjuangan.

Dalam konteks kekinian, tantangan yang dihadapi umat Islam tidak lagi berbentuk perang fisik seperti di masa lalu, tetapi lebih kepada perang melawan diri sendiri. Hasad, dengki, dan iri hati adalah penyakit-penyakit jiwa yang dapat melemahkan umat.

Oleh karena itu, puasa berfungsi sebagai tazkiyatun nafs atau penyucian diri, sebuah upaya untuk mengendalikan hawa nafsu dan menata hati agar lebih dekat kepada Allah.

Saad menegaskan, secara fisik manusia memang menua, tetapi mental dan spiritual harus tetap dijaga agar tidak mengalami kemunduran.

Selain itu, puasa juga mengajarkan konsep kasrush syahwat atau pengendalian nafsu duniawi. Di era modern ini, manusia semakin dikuasai oleh syahwat dalam berbagai bentuk, dari kerakusan materi hingga ambisi kekuasaan.

Kepentingan Umat

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki banyak amal usaha, menurut Saad, tidak boleh dijadikan alat untuk membesarkan diri sendiri, melainkan harus menjadi instrumen untuk kepentingan umat. “Gunakan diri kita untuk membesarkan Muhammadiyah, bukan sebaliknya,” tegas Kiai Saad melansir laman Muhammadiyah.

Dalam pengelolaan amal usaha Muhammadiyah, termasuk sekolah-sekolah, prinsip ini harus menjadi pedoman. Kepala sekolah Muhammadiyah harus mengelola lembaganya dengan baik, bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan demi kemaslahatan umat dan pendidikan generasi mendatang.

Dengan manajemen yang baik dan berlandaskan nilai-nilai Islam, sekolah-sekolah Muhammadiyah dapat menjadi pusat pembelajaran yang mencetak kader-kader terbaik bagi bangsa dan agama.

Pengajian ini mengingatkan kembali bahwa puasa bukan sekadar ibadah individual, tetapi juga memiliki dimensi sosial dan peradaban. Dengan puasa, umat Islam tidak hanya membersihkan diri dari nafsu duniawi, tetapi juga membangun karakter yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan zaman. Maka, mari kita jadikan puasa sebagai sarana memperkokoh jiwa, bukan sekadar menahan lapar dan dahaga.

 

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Lihat Juga Tag :

Populer