Kilau Emas, Banjir Nikel, dan Jalan Panjang Merdeka Copper Gold

Kilau Emas, Banjir Nikel, dan Jalan Panjang Merdeka Copper Gold

MAKLUMAT – PT Merdeka Copper Gold Tbk mencatatkan kinerja yang cukup solid pada kuartal I 2025. Perusahaan ini berhasil meraih pertumbuhan signifikan di segmen emas, meski harus menghadapi tekanan dari bisnis nikel dan tembaga yang masih penuh tantangan operasional.

Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, emiten dengan kode MDKA ini membukukan pendapatan konsolidasi sebesar USD502 juta. Capaian ini ditopang kenaikan harga emas yang memberikan tambahan kontribusi pendapatan sebesar USD47 juta.

Selain itu, penjualan limonit ke pihak ketiga menyumbang USD24 juta. Kinerja ini membantu MCG menahan laju penurunan pendapatan tahunan (YoY), yang hanya turun sekitar 7 persen, meski terjadi pelemahan di segmen nikel hilir dan tembaga.

Di sisi produksi nikel, MCG melalui tambang SCM mencatatkan kenaikan produksi limonit sebesar 54 persen YoY menjadi 1,8 juta metrik ton basah (wmt). Produksi saprolit bahkan melonjak 190 persen YoY menjadi 1,3 juta wmt.

Terdampak Cuaca Musiman

Namun, curah hujan musiman menyebabkan produksi menurun dari kuartal sebelumnya. Meski begitu, volume produksi masih jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu, menjaga prospek pertumbuhan berkelanjutan perusahaan.

Sebaliknya, kinerja peleburan nikel mengalami penurunan. Pabrik RKEF hanya mampu memproduksi 16.297 ton nikel dalam bentuk nickel pig iron, yang turun 22 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu.

Penurunan ini esbagai akibat perbaikan tungku di PT Bukit Smelter Indonesia (BSI) pada akhir 2024. Selain itu, terdapat pula pemeliharaan terjadwal di PT Zhao Hui Nickel (ZHN) yang sempat terdampak banjir.

Baca Juga  Menteri LH Ungkap Kondisi Terkini Pertambangan di Raja Ampat: Pulau Gag Relatif Aman, Pulau Manuran Tercemar

MCG optimistis peningkatan bertahap ini akan mendukung keselamatan, efisiensi, dan penghematan biaya dalam jangka panjang. Adapun perbaikan lanjutan BSI mulai semester II 2025.

Tatap Proyeksi Produksi

Dari sisi pengembangan proyek hilir, pabrik pengolahan high pressure acid leach (HPAL) milik PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) menunjukkan progres signifikan. PT ESG New Energy Material (PT ESG) telah memulai produksi Train A sejak akhir 2024. Sementara Train B, rencananya, beroperasi pada semester II 2025.

PT Meiming New Energy Material (PT Meiming) juga melanjutkan tahap komisioning dan berhasil mendapatkan Izin Usaha Industri (IUI) pada April 2025. Sementara itu, PT Sulawesi Nickel Cobalt (PT SLNC) mencatat progres konstruksi sebesar 14,35 persen dan menargetkan komisioning pada 2026.

Kinerja MCG juga tak lepas dari perkembangan pabrik AIM yang terus berjalan. Produksi spons tembaga telah berjalan sejak Januari 2025, dengan pabrik asam mencetak rekor produksi kuartalan sebesar 168.738 ton. Pabrik katoda tembaga kini mendekati tahap penyelesaian, dan kapasitas penuh diproyeksikan tercapai pada semester II 2025.

Proyek Emas Pani menjadi salah satu fokus penting perusahaan. Hingga akhir kuartal I, progres proyek telah mencapai 49 persen. Desain rekayasa terperinci dan kontrak konstruksi utama telah selesai.

Fokus Bisnis Inti Perusahaan

Sementara mobilisasi kontraktor ke lokasi mulai berlangsung. Merdeka menargetkan komisioning proyek tetap sesuai jadwal pada akhir 2025, dengan perkiraan produksi emas pertama mulai awal 2026.

Baca Juga  Kritik Tarif Parkir Mahal di RSUD Saiful Anwar, Netizen Senggol Akun Pemprov Jatim

Presiden Direktur Merdeka, Albert Saputro, menegaskan komitmen perusahaan untuk terus mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan bertanggung jawab. “Kami terus mencatat kemajuan konsisten di seluruh lini bisnis inti dan menyelesaikan sejumlah langkah penting dalam sejumlah proyek strategis,” katanya dalam surat elektronik, Selasa (1/7/2025).

Ia berharap MCG akan tetap fokus menjawab peluang dan tantangan bisnis. Kinerja Merdeka Copper Gold sepanjang kuartal I 2025 memperlihatkan kemampuan perusahaan mengelola portofolio bisnis yang terdiversifikasi. Meskipun volatilitas di sektor nikel dan tembaga masih menjadi pekerjaan rumah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *