MAKLUMAT – Nafik Muthohirin, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), saat ini tengah menempuh studi S3 di Eötvös Loránd University (ELTE) di Budapest, Hungaria.
Ia sengaja memilih Budapest bukan hanya karena beasiswa yang ia dapat. Lebih tepatnya karena ada kecocokan dengan pembimbing yang menjadi supervisornya di ELTE.
Kebetulan supervisornya, seorang pakar studi Islam dan Arab, yang sebelumnya terlibat dalam riset tentang masyarakat Muslim di Sulawesi dan Lombok. Dasar ini mengantar Nafik dalam menentukan pilihan studi.
Menurutnya, memilih supervisor yang tepat adalah kunci dalam program doktoral. Ia merasa beruntung mendapatkan pembimbing yang tidak hanya ramah, tetapi juga terbuka dan mudah diajak berdiskusi.
“Rasanya seperti ngobrol dengan teman sendiri,” katanya dalam surat elektroniknya, Selasa (12/11/2024).
Komitmen dan Kontribusi Keilmuan
Program doktoral di ELTE memakan waktu empat tahun. Rentang waktu itu terdiri atas kuliah selama dua tahun dan dua tahun sisanya untuk riset. Setelah selesai, Nafik berencana kembali ke Indonesia karena merasa lebih nyaman tinggal di tanah air. Ia juga memiliki tanggung jawab sebagai dosen di UMM.
Nafik menekuni bidang contemporary religious studies, yang sejalan dengan minat dan risetnya. Ia tertarik pada isu sosial dan agama sejak kuliah di jenjang sarjana.
Bagi Nafik, penelitian tentang perkembangan masyarakat beragama, khususnya umat Islam di Indonesia, menjadi bagian dari komitmennya untuk berkontribusi pada ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Replikasi Tata Kelola Transportasi
Selama tinggal di Budapest, Nafik terkesan dengan keindahan arsitektur kota yang memiliki sejarah panjang. Keindahan inilah yang menjadikan Budapest sebagai tujuan wisata utama di Eropa. Ditambah dengan sistem transportasi publik yang memudahkan wisatawan.
“Di sini, transportasi selalu tepat waktu, bersih, dan tertib. Teknologinya juga canggih. Ini sangat berbeda dengan Indonesia, dan semoga kita bisa memiliki sistem transportasi yang lebih baik,” imbuh Nafik.
Habiskan Waktu di Museum
Perpustakaan universitas yang terletak di pusat kota menjadi salah satu tempat favoritnya. Arsitektur gedungnya yang bergaya Eropa abad pertengahan membuat Nafik nyaman belajar. Banyak mahasiswa dari kampus lain juga datang ke perpustakaan tersebut karena suasananya yang tenang dan kondusif.
Untuk mengisi waktu luang, Nafik sering mengunjungi museum-museum di Budapest, terutama saat museum-museum itu buka pada hari libur. Ia menyebutkan bahwa museum-museum di Budapest dikelola dengan sangat baik.
“Di Museum Nasional Hungaria, ada kafe dan penjual aksesoris, bahkan kadang ada pertunjukan seni,” ia memungkasi.