MAKLUMAT — Konflik India vs Pakistan semakin memanas. Ledakan keras terdengar dari Kota Jammu, India, menyebabkan pemadaman listrik total di wilayah tersebut, Jumat (9/5/2025) pagi. Beberapa jam sebelumnya, India mengklaim telah menggagalkan upaya Pakistan menargetkan instalasi militer di sepanjang perbatasan. Laporan dari lapangan menyebutkan adanya proyektil yang terlihat di udara.
Times of India juga melaporkan terjadi ledakan di Jaisalmer pada malam hari. Pemerintah memberlakukan pemadaman listrik di distrik Rajasthan barat yang berbatasan langsung dengan Pakistan. Sumber resmi menyatakan serangkaian ledakan berlangsung hingga satu jam.
Pemadaman listrik serupa juga terjadi di beberapa distrik di Punjab, Chandigarh, dan wilayah Haryana, seperti Panchkula, Ambala, dan Sirsa. Pemerintah menyebut langkah tersebut sebagai bagian dari kesiagaan menghadapi potensi serangan udara dari pihak lawan.
Ketegangan India vs Pakistan meningkat tajam setelah peluncuran Operasi Sindoor oleh India pada Rabu, 7 Mei 2025. Operasi Sindoor dilakukan sebagai balasan atas serangan teror di Pahalgam yang menewaskan 26 orang, termasuk satu turis asal Nepal. Operasi ini dimulai pukul 01.05 dini hari dan berakhir pukul 01.30, dengan serangan susulan pada pukul 01.44. Target serangan mencakup sembilan infrastruktur yang diklaim terkait kelompok teror seperti Lashkar-e-Taiba (LeT), Jaish-e-Mohammed (JeM), dan Hizbul Mujahideen (HM), termasuk di wilayah Pakistan dan Kashmir yang diduduki Pakistan (PoK).
Lokasi yang diserang antara lain markas JeM di Bahawalpur, pangkalan LeT di Muridke, serta lokasi di Sialkot, Tehra Kalan, Muzaffarabad, dan Kotli. Pemerintah India menyebut operasi ini “terfokus, terukur, dan tidak ditujukan pada fasilitas militer Pakistan”, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Sementara Pakistan membantah klaim angkatan bersenjata India bahwa “stasiun militer” di Kota Jammu dan Udhampur, wilayah Kashmir yang dikelola India, dan di Pathankot, negara bagian Punjab, menjadi sasaran serangan pesawat nirawak dan rudal . Tidak ada korban yang dilaporkan.
Menteri Informasi Pakistan dikonfirmasi Al Jazeera mengatakan, negaranya sejauh ini hanya melakukan “respons defensif” terhadap serangan India terhadap negaranya, karena militer Pakistan mengatakan India meluncurkan pesawat tanpa awak serang ke Pakistan pada hari Kamis, menewaskan sedikitnya dua warga sipil.
Setidaknya 48 orang dilaporkan tewas sejauh ini – 32 di antaranya di Pakistan – sejak India meluncurkan rudal pada hari Rabu yang katanya menargetkan “kamp teroris” di Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan. Pakistan membalas dengan serangkaian serangan artileri.
Bentrokan tersebut terjadi setelah meningkatnya ketegangan antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut sejak serangan mematikan di wilayah Kashmir yang dikelola India pada tanggal 22 April, yang menurut India dilakukan oleh Pakistan. Pakistan membantah terlibat dalam serangan tersebut.
Narendra Modi Apresiasi Angkatan Bersenjata
Menteri Luar Negeri Vikram Misri, Kolonel Sofiya Qureshi, dan Komandan Wing Vyomika Singh mengungkapkan rincian operasi tersebut dalam konferensi pers di New Delhi. Perdana Menteri Narendra Modi menyampaikan apresiasi kepada angkatan bersenjata atas ketepatan dan keberanian mereka, serta meminta kewaspadaan penuh atas ancaman di masa mendatang.
Menanggapi serangan tersebut, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengecam tindakan India dan menyebutnya sebagai “tindakan perang”. Ia menegaskan bahwa Pakistan telah mengambil langkah balasan dan siap menghadapi segala perkembangan. “Seluruh bangsa berdiri bersama angkatan bersenjata kami,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Konflik ini menjadi sorotan global. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan keprihatinannya dan menyerukan penghentian aksi balas membalas. “Ini sangat mengerikan. Saya berharap mereka dapat menghentikannya sekarang,” katanya seraya menawarkan bantuan jika diperlukan untuk menurunkan ketegangan.
Situasi di wilayah perbatasan India-Pakistan masih dinamis dan terus dipantau oleh komunitas internasional. Pemerintah kedua negara belum memberikan sinyal ke arah de-eskalasi dalam waktu dekat