Layanan Baru TPS dan Jalinan Perdagangan dari Surabaya ke China

Layanan Baru TPS dan Jalinan Perdagangan dari Surabaya ke China

MAKLUMAT – Pada suatu pagi di awal Juli 2025, MV Kota Sejati Voyage 0520N perlahan merapat ke dermaga internasional Terminal Petikemas Surabaya (TPS). Kapal milik perusahaan pelayaran Pacific International Lines (PIL) itu tidak datang sendirian.

Ia datang membawa sinyal perubahan: terbukanya rute baru pelayaran reguler yang menghubungkan Indonesia dengan pelabuhan-pelabuhan utama di China Utara.

Layanan baru ini mendapat nama North China Indonesia (NCI). Rutenya meliputi Tianjin, Qingdao, dan Xiamen di China. Selanjutnya turun ke Singapura, Jakarta, Surabaya, sebelum kembali lagi ke Singapura dan akhirnya menutup putaran di Tianjin.

Dioperasikan oleh tiga pelayaran internasional—PIL, X-Press Feeders, dan HMM—NCI menjadi layanan rutin yang akan bersandar di TPS. Bagi pelabuhan yang berada di bawah naungan Subholding Pelindo Terminal Petikemas ini, kehadiran NCI tak sekadar tentang penambahan jadwal, melainkan momentum strategis.

“Ini adalah bentuk kepercayaan yang perlu kami jaga,” kata Noor Budiwan, Direktur Operasi TPS, di sela penyambutan kapal perdana itu, Kamis (10/7/2025).

Gerbang Penting Perdagangan Internasional

Pernyataan Noor bukan sekadar basa-basi. Di tengah persaingan pelabuhan yang makin kompetitif, terutama di kawasan Asia Tenggara, menjadi bagian dari jalur logistik internasional. Setidaknya untuk menghubungkan Indonesia langsung ke China Utara, guna memperkuat posisi strategis TPS. Layanan baru ini memperluas jangkauan kapal direct call dari Surabaya, sekaligus menambah pilihan bagi para eksportir dan importir.

Baca Juga  Elektrifikasi Alat Bongkar Muat, Ini Tujuan TPS

TPS memang sudah lama menjadi gerbang penting bagi lalu lintas peti kemas internasional di Jawa Timur. Tahun 2024, pelabuhan ini mencatat arus peti kemas sebesar 1.584.774 TEUs.

Sementara dalam enam bulan pertama 2025, angkanya sudah tembus 768.518 TEUs. Dengan pangsa pasar internasional sebesar 83 persen, di Pelabuhan Tanjung Perak, TPS adalah pemain dominan—dan layanan baru ini memperkuat posisinya.

Namun TPS tak hanya mengandalkan volume. Mereka juga mengandalkan kecepatan, keandalan, dan efisiensi layanan. Pelanggan, menurut Noor, kini menuntut lebih dari sekadar terminal bongkar muat.

Maka, TPS menawarkan konsep one stop terminal services, lengkap dengan pelayanan Bea Cukai, Karantina, hingga digitalisasi layanan yang menyasar empat aspek utama: kecepatan, keandalan, akurasi, dan keamanan.

Pentingnya Kolaborasi dan Layanan Baru

Semua itu penting dalam lanskap pelayaran global yang makin rapuh. Gangguan rantai pasok, ketegangan geopolitik, dan volatilitas harga komoditas membuat pelaku industri logistik harus mencari mitra yang mampu memberi kepastian.

Dalam konteks ini, layanan baru seperti NCI menjadi simbol dari apa yang dicari banyak pelayaran saat ini. Apalagi kalau bukan rute yang stabil, terminal yang andal, dan kolaborasi jangka panjang.

PIL pun menyadari pentingnya kerja sama tersebut. Sujeeva Salwatura, Presiden Direktur PIL Indonesia, yang turut hadir dalam seremoni penyambutan kapal perdana. Ia mengaku senang dengan peluncuran layanan ini di Surabaya.

Baca Juga  Luncurkan PHTC, Prabowo Prioritaskan Perbaikan Sekolah-sekolah

“Kami sangat senang bisa meningkatkan kolaborasi dengan TPS, yang selama ini memberikan dukungan profesional serta berkontribusi dalam menciptakan efisiensi operasional,” ujarnya.

Pernyataan itu tak hanya menyiratkan kepuasan sekalius harapan. Kolaborasi ini tidak berhenti pada peluncuran layanan baru. Para pihak ingin menjadikan sebagai awal dari kerja sama logistik yang lebih dalam di masa depan. Noor Budiwan pun mengamini. Ia menyebut layanan ini sebagai peluang untuk mendorong peningkatan ekspor dari Jawa Timur dan kawasan sekitarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *