MAKLUMAT — Penurunan tarif impor Amerika Serikat (AS) untuk produk-produk asal Indonesia dari 32% menjadi 19% memicu beragam respons. Anggota Komisi C DPRD Jatim, Lilik Hendarwati, menilai kebijakan tersebut membuka peluang ekspor yang besar, namun juga menghadirkan tantangan serius bagi keberlangsungan UMKM lokal.
“Penurunan tarif ini bisa menjadi momentum strategis bagi UMKM lokal untuk memperluas pasar hingga ke mancanegara,” ujar Lilik dalam keterangannya dilansir laman Fraksi PKS Jatim, Ahad (20/7/2025).
Lilik menegaskan, Amerika Serikat tetap menjadi pasar ekspor yang potensial dan menguntungkan bagi produk-produk Indonesia. Oleh karena itu, pelaku usaha daerah perlu didorong meningkatkan kualitas produk dan berani menembus pasar ekspor.
Tak hanya itu, ia juga mengingatkan pentingnya pendampingan konkret dari pemerintah. Mulai dari dukungan teknis, kemudahan akses pembiayaan, hingga pendampingan usaha agar UMKM mampu bersaing secara global.
Namun demikian, Lilik tidak menutup mata terhadap risiko dari kebijakan tersebut. Ia mengingatkan, kebijakan AS juga membuka jalan bagi produk mereka masuk ke Indonesia dengan tarif yang lebih murah, bahkan tanpa hambatan nontarif.
“Indonesia akan semakin terbuka sebagai pasar bebas, yang berpotensi dibanjiri produk-produk impor dengan harga yang lebih murah,” tandas perempuan yang juga menjabat Ketua Fraksi PKS di DPRD Jatim itu.
Menurutnya, kondisi ini bisa mengancam industri lokal, terutama sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja. Ia pun mendorong adanya perlindungan nyata bagi pasar domestik agar UMKM tidak kalah bersaing di kandangnya sendiri.
Beberapa langkah strategis diusulkan Lilik, seperti penguatan pelatihan ekspor bagi UMKM, sinergi kementerian dan pemerintah daerah, serta kebijakan proteksi selektif untuk industri rentan seperti tekstil dan makanan-minuman.
“Proteksi bisa dilakukan melalui skema pembelian seragam instansi pemerintah dari konveksi lokal, subsidi bahan baku seperti benang dan kain, serta insentif pajak daerah bagi pelaku industri rumahan,” tegasnya.
Selain itu, ia mendorong kampanye masif cinta produk dalam negeri dan pengaturan proporsi produk lokal di pasar tradisional, khususnya di sektor pangan. Lilik juga menyinggung pentingnya pembentukan BUMD pangan di Jawa Timur sebagai instrumen untuk menyerap hasil petani lokal.
Lebih jauh, ia mengajak semua pihak untuk tidak larut dalam euforia peluang ekspor semata.
“Peluang pasar ekspor penting, tapi jangan lupa, pasar domestik adalah benteng terakhir. Cinta produk Indonesia adalah bagian dari kedaulatan ekonomi bangsa,” pungkas Lilik.