MAKLUMAT — Sosok M. Iklas Thamrin, pendiri bahan bakar nabati (BBN) Bobibos, mendadak jadi sorotan. Bukan sekadar karena inovasi bisnisnya, tapi karena filosofi mengejutkan di baliknya.
Melalui akun TikTok @bobibosbbn, Iklas mengungkap bahwa inspirasi di balik pengembangan bahan bakarnya datang dari Al-Qur’an, tepatnya Surat Yasin ayat 80.
“Bobibos terinspirasi dari Surat Yasin ayat 80,” kata M. Iklas Thamrin dalam video yang viral dan masuk For You Page (FYP), dikutip pada Jumat (14/11).
@bobibosbbn Founder BOBIBOS Akhirnya Ungkap Asal Usul Riset Bahan Bakar dari Tanaman #BOBIBOS #EnergiMerahPutih #BahanBakardariTanaman #BahanBakarRamahLingkungan #BOBIBOSRON98 ♬ suara asli – Bobibos
Ayat yang dimaksud berbunyi: alladzî ja‘ala lakum minasy-syajaril-akhdlari nâran fa idzâ antum min-hu tûqidûn.
Artinya: ”(Dialah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau. Kemudian, seketika itu kamu menyalakan (api) darinya.”
Klaim ini sontak memicu diskusi, menghubungkan ayat suci dengan inovasi energi terbarukan. Bobibos sendiri dikembangkan dari ekstraksi tanaman pilihan dan digadang-gadang mampu menyaingi BBM fosil dengan RON 98, namun diklaim jauh lebih ramah lingkungan.
Visi bisnis di baliknya pun tak main-main. Bobibos mengusung misi “energi rakyat yang murah, berkualitas, dan rendah emisi, dari Sabang sampai Merauke.” Untuk mewujudkannya, perusahaan kini tengah menyiapkan jaringan distribusi masif, melalui SPBU Bobibos dan BosMini, sebuah konsep pom bensin mini yang siap menjangkau hingga pelosok Indonesia.
Makna ‘Api dari Kayu Hijau’
Lantas, bagaimana kaitan ayat tentang “kayu yang hijau” dengan bahan bakar modern?
Penafsiran Wajiz menjelaskan, ayat ini sejatinya adalah jawaban Tuhan mengenai kekuasaan-Nya menghidupkan kembali tulang belulang yang telah lapuk. Allah memberi perumpamaan bahwa Ia-lah yang menjadikan api (sumber energi) untuk manusia dari kayu yang semula basah dan hijau (asy-syajaril-akhdlari).
Sementara itu, tafsir Tahlili yang dikutip dari laman quran.nu.or.id menguatkan hal ini. Dijelaskan bahwa Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menjelaskan kepada kaum musyrik bahwa yang akan menghidupkan tulang lapuk adalah Allah yang menciptakan api dari kayu hijau.
Bagi orang Arab saat itu, fakta bahwa kayu yang basah dan dingin dapat memercikkan api (energi panas) saat digesekkan adalah bukti nyata kekuasaan Tuhan. Logikanya, jika dari sesuatu yang “dingin” dan “basah” bisa keluar “panas” (kehidupan), maka menghidupkan kembali tulang yang “dingin” dan “kering” adalah hal yang mudah bagi-Nya.
Jembatan Ilmiah: Fotosintesis sebagai Energi
Kajian ilmiah modern memberikan jembatan yang sangat relevan untuk interpretasi ini. “Api” dalam konteks ayat tersebut dapat diartikan secara lugas sebagai “energi”.
Di sinilah letak keajaiban “kayu yang hijau”. Secara sains, tumbuhan adalah laboratorium energi yang memanfaatkan proses fotosintesis.
- Klorofil (Bahan Hijau): Tumbuhan memiliki kloroplas yang berisi klorofil (butir hijau daun). Dalam bahasa Al-Qur’an, bahan hijau ini dikenal dengan istilah al-khadir.
- Menyimpan Energi Matahari: Sel tumbuhan, tidak seperti sel manusia, dapat menggunakan energi matahari secara langsung.
- Energi Kimia: Melalui fotosintesis, klorofil “menangkap” energi matahari dan mengubahnya menjadi energi kimiawi. Energi inilah yang disimpan dalam bentuk nutrien atau bahan organik.
Dengan kata lain, “kayu yang hijau” (asy-syajaril-akhdlari) secara harfiah adalah materi yang telah “menyimpan api” (energi) dari matahari. Energi kimiawi yang tersimpan inilah yang kemudian diekstraksi oleh Bobibos menjadi bahan bakar nabati.
Selain menghasilkan energi, proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan juga menghasilkan oksigen, elemen vital untuk pernapasan semua makhluk hidup.
Inspirasi spiritual yang dipadukan dengan inovasi ilmiah ini kini menjadi fondasi Bobibos. Langkah karya anak bangsa ini untuk mengaspal secara nasional kini tinggal menunggu “jalan tol” regulasi dari pemerintah agar bisa resmi melaju di seluruh Nusantara.***