MAKKAH – Jemaah haji Indonesia tak perlu khawatir soal kebutuhan konsumsi selama puncak ibadah haji. Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Limited memastikan distribusi makanan siap saji bernuansa Nusantara yang aman, sehat, dan bergizi kepada seluruh jamaah.
Direktur BPKH Limited, Imam Nikmatullah, menjelaskan bahwa makanan siap saji ini dirancang khusus untuk menjaga kualitas asupan jamaah saat wukuf di Arafah dan mabit di Mina. Proses produksi dilakukan dengan teknologi tinggi menggunakan mesin retort bertekanan dan bertemperatur tinggi yang membunuh seluruh bakteri, sehingga makanan dapat bertahan hingga 18 bulan tanpa perlu dipanaskan ulang.
“Makanan ini langsung bisa dikonsumsi, namun untuk nasi akan lebih nikmat jika direndam air panas 5–10 menit sebelum dimakan. Lauknya tidak perlu dipanaskan,” ujar Imam.
Imam menyampaikan bahwa BPKH Limited mendistribusikan lebih dari 1,2 juta porsi makanan siap saji kepada 203.320 jamaah haji yang tersebar di 205 hotel di Makkah. Setiap jamaah menerima satu paket berisi enam porsi, terdiri dari dua sarapan dan empat kali makan siang dan malam.
Makanan ini disajikan dalam tiga hari penting:
7 Zulhijjah: Sarapan, makan siang, dan makan malam
8 Zulhijjah: Sarapan sebelum keberangkatan ke Arafah
13 Zulhijjah: Makan siang dan malam sepulang dari Mina
“Kami ingin memastikan seluruh jamaah tetap bugar dengan makanan bergizi dan bercita rasa Indonesia,” tambahnya.
Proses produksi makanan siap saji ini dilakukan secara kolaboratif. Lauk-pauk dimasak dan dikemas di Indonesia, kemudian dikirim ke Arab Saudi. Sementara itu, nasi diproses di pabrik Manaf, milik Syarikah Masyariq di Mekkah. Setelah itu, makanan dikemas ulang dan dikirim ke hotel-hotel jamaah.
Menu yang disiapkan terdiri dari: rendang ayam, daging, opor ayam, nasi putih dan nasi uduk khas Indonesia
“Kami pastikan kandungan karbohidrat dan protein mencukupi kebutuhan gizi jamaah selama masa puncak ibadah,” terang Imam.
Imam mengingatkan, makanan yang telah dibuka harus segera dikonsumsi dan tidak disimpan untuk waktu lain.
“Setiap kemasan dirancang untuk sekali makan. Setelah dibuka, sebaiknya langsung dimakan untuk menjaga kebersihan dan keamanan,” ujarnya.
Dengan layanan ini, diharapkan jamaah haji Indonesia dapat tetap fokus menjalani rangkaian ibadah haji tanpa harus khawatir akan asupan makanan. Praktis, sehat, dan tetap bercita rasa kampung halaman.