MAKLUMAT – Ada aksi menarik dalam Diskusi Cagub-Cawagub Jatim Bersama Aisyiyah Jatim pada Sabtu (9/11/2024) ketika para kontestan Pilgub Jatim 2024 itu diminta untuk melukis dan menjelaskan makna lukisannya.
Sebagai informasi, para kontestan yang hadir dalam kegiatan yang berlangsung di Aula KH Mas Mansur PWM Jatim, Surabaya adalah Cagub Jatim nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah, Cawagub Jatim nomor urut 2 Emil Elestianto Dardak, serta Cawagub nomor urut 3 Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans).
Panitia meminta ketiga kontestan itu untuk menggambarkan harapan dan optimismenya untuk Jawa Timur ke depan, melalui suatu lukisan di kanvas.
Baca Juga: Di Forum Diskusi Aisyiyah Jatim, Gus Hans Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru
Gus Hans: Hati yang Bersih
Kontestan yang pertama kali mendapatkan kesempatan adalah Cawagub Jatim nomor urut 3, Zahrul Azhar Asumta alias Gus Hans.
Gus Hans melukis dua gambar sederhana, yakni sapu dan simbol hati. Dia menyebut hal itu sebagai ungkapan dalam memimpin harus memiliki kebersihan hati.
“Ini sapu, ini hati, siapa pun nggak akan bisa memimpin Jawa Timur dengan bersih tanpa hati yang bersih,” terangnya.
Menurut Gus Hans, lukisan tersebut menggambarkan pentingnya hati yang bersih sebagai seorang pemimpin. Sehingga bisa mengembangkan berbagai inovasi untuk membawa Jawa Timur ke depan yang lebih baik.
“Karena sistem, mekanisme, apa pun saja sudah ada. Siapa pun lulusan SD, mau lulusan apapun bisa jadi Gubernur karena semua sistem sudah ada,” sebutnya.
“Tapi bagaimana inovasi dan hati yang bersih itu yang akan menentukan langkah Jawa Timur jauh ke depan dan lebih baik,” imbuh Gus Hans.
Baca Juga: Luluk Nur Hamidah Janji Perjuangkan Kesejahteraan Guru TK dan PAUD, Sebut ‘The Real Hero’
Luluk Nur Hamidah: Jatim Provinsi Kelas Dunia
Cagub Jatim nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah mendapatkan giliran kedua untuk melukis di kanvas.
Dalam kesempatan itu, Luluk menggambar bola dunia dan simbol Indonesia. Melalui lukisan tersebut dia ingin menggambarkan optimisme terhadap Jawa Timur ke depan sebagai provinsi kelas dunia.
“Kira-kira kita berharap Jawa Timur itu benar-benar akan menjadi sebuah provinsi yang punya kelas dunia,” ungkapnya.
Melalui lukisan itu juga, Luluk ingin menggambarkan Jawa Timur yang penuh keseimbangan dalam pengambilan kebijakan pemerintahan.
“Sisi lain, Jawa Timur itu juga sebuah gambaran dari makro kosmos. Jadi selalu penuh dengan keseimbangan, peran-peran perempuan, laki-laki, itu juga benar-benar dipertimbangkan dalam kebijakan,” sebutnya.
Sebab itu, Luluk menegaskan tidak boleh meninggalkan satu pun warga Jawa Timur. Dia menandaskan bahwa harus merangku serta melibatkan seluruh elemen warga Jawa Timur dalam pengambilan kebijakan.
“Karena ini dunia, maka nggak ada satu pun warga Jawa Timur itu yang boleh ditinggalkan. Jadi semua harus menjadi bagian penting dari kerja-kerja kebijakan pemerintah yang ada di Provinsi Jawa Timur,” tandasnya.
“Dan perempuan itu adalah universe. Jadi perempuan itu adalah dunia itu sendiri,” imbuh Luluk.
Baca Juga: Di Hadapan Warga Aisyiyah Jatim, Emil Komitmen Support Rumah Sakit dan Sekolah Swasta
Emil: Mengejar Matahari
Terakhir, Cawagub Jatim nomor urut 2 Emil Elestianto Dardak juga mendapatkan kesempatan untuk melukis di kanvas.
Pertama-tama, Emil menggambar matahari sebagai tujuan yang harus dikejar. Menurutnya, matahari melambangkan kemajuan, sehingga meskipun tidak bisa terkejar, tetapi harus terus berupaya untuk mengejarnya.
“Kenapa matahari nggak pernah bisa dikejar, tetapi tetap harus kita kejar? Karena itu melambangkan kemajuan,” katanya.
Tak hanya menggambar matahari, Emil juga menggambarkan jalan berkelok dan pos-pos di setiap kelokan tersebut.
“Dan jalan menuju ke sana tidak selamanya lurus, tapi kadang berliku,” ungkapnya.
“Jalan menuju mengejar matahari kadang berliku-liku, dan kita harus siap untuk beradaptasi dengan segala perubahan yang ada,” sambung mantan Bupati Trenggalek itu.
Sementara pos, menurut Emil, melambangkan adanya estafet kepemimpinan yang niscaya akan selalu terjadi dan harus melanjutkan kepemimpinan mendatang.
“Dan di setiap ini (jalan) ada semacam pos. Kenapa ada pos? Karena di setiap pos, di setiap titik akan ada pihak yang melanjutkan apa yang sudah dikerjakan,” sebutnya.
Meski begitu, Emil menegaskan, setiap pos tersebut tetap mengarah dan menuju kepada matahari. Maknanya bahwa semuanya harus tetap mengejar kemajuan.
“Tapi semuanya harus sama-sama mengejar matahari tadi,” tandasnya.
“Inilah yang benar-benar menjadi semangat kita, bahwa bagaimana jalan yang berliku ini tetap harus tujuannya sama, inilah definisi kemajuan kita,” pungkas Emil.