MAKLUMAT — Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Azerbaijan, Prof Dr Husnan Bey Fananie Lc MA, mengunjungi Pondok Modern Bustanul Quran (PMBQ) Nurul Azhar di Ngoro, Mojokerto, pada Sabtu (16/8/2025).
Dalam kesempatan itu, ia memberikan motivasi kepada para santri PMBQ Nurul Azhar yang tengah menempuh pendidikan di SMK Muhammadiyah 3 (Mutia) Ngoro, Mojokerto.
“Kalian ini adalah manusia-manusia yang sedang dibentuk. Kalian, ini mungkin sekitar 100 orang, ini sangat spesial. Betul? Sangat spesial,” ujar Husnan Bey kepada para santri PMBQ Nurul Azhar.
Ia menganalogikan proses penempaan para generasi bangsa di pondok layaknya tanah liat, yang awalnya kotor, hanya dipijak-pijak, dan banyak dianggap tak bernilai.
Namun, setelah ditempa dan dibentuk sedemikian rupa, lalu dibakar, dan berbagai proses lainnya, akhirnya menjadi bahan-bahan yang sangat berguna bagi umat manusia, bahkan juga memiliki nilai estetika atau keindahan.
“Kalian tahu tanah liat? Tahu tanah liat? Tanah liat itu tanah kan, kotor. Tanah, namanya tanah. Betul? Terus dibentuk. Setelah dibentuk, ya baik. Tanah liat setelah dibentuk, dibakar. Menjadi tembikar, menjadi gerabah, menjadi genteng, dan sebagainya yang sangat bermanfaat,” jelasnya.
Pondok sebagai Kawah Candradimuka
Tak hanya itu, Husnan Bey juga mengumpamakan tempaan dan pendidikan di pondok sebagai kawah candradimuka yang berhasil menempa seorang anak menjadi kesatria yang tangguh dan kuat, Gatotkaca.
“Kalian berada di sebuah tempat ini, saya namakan kawah candradimuka. Kawah candradimuka yang namanya Nurul Azhar, PMBQ Nurul Azhar dan SMK Mutia ini,” katanya.
Yang namanya kawah itu, lanjut Husnan Bey, isinya lahar, lava, berbagai material bumi yang sangat panas, beracun, dan menyakitkan.
“Tapi setelah ditempa di situ, akhirnya anak itu menjadi Gatotkaca. Manusia super, superhero yang lebih dulu ada sebelum apa itu, Superman, Spiderman, Iron Man, Batman, Hulk, atau apa itu, Gatotkaca duluan, dan sangat kuat, bisa terbang,” terangnya, disimak dengan seksama oleh para santri.
Kehidupan yang sangat disiplin dan ketat di pondok, menurut Husnan Bey, adalah bagian dari tempaan kawah candradimuka tersebut.
Dengan disiplin dan berbagai tempaan itu, ia meyakini bahwa para santri akan mampu survive dan menjadi figur yang sukses di masa depan, di berbagai bidang, serta di mana pun ditempatkan.
“Dilatih, dididik kreativitas kalian, kemanderian kalian, leadership, menjadi pemimpin, menjadi orang-orang yang tahan banting, yang kuat, menjadi manusia yang kuat,” kata dia.
“Keluar dari sini nanti, kalian akan ‘laku’ di Pakistan, laku di Uni Emirat Arab, laku di Mesir, laku di Arab Saudi, laku di Eropa, laku di Amerika, laku di negara-negara mana pun,” sambungnya.
6 Karakter yang Harus Dimiliki Santri
Lebih lanjut, dalam sesi tanya jawab, salah seorang santri bertanya motivasi dan kiat-kiat Husnan Bey hingga mampu malang melintang di berbagai negara.
“Apa motivasi kiai sehingga sampai bisa ke berbagai negara, dan bagaimana kiatnya?” tanya santri tersebut.
Sekadar diketahui, Husnan Bey Fananie yang juga merupakan Plt Ketua Umum PP Parmusi, menempuh pendidikan S1 di Universitas Punjab Lahore Pakistan dan S2 di Universitas Rijks Leiden Belanda. S3 ia tamatkan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Gelar profesor didapatkannya dari Azerbaijan University of Languages (AUL). Selain itu, Husnan Bey juga pernah menjabat sebagai Duber RI untuk Azerbaijan pada periode 2016-2020.
Menjawab hal itu, Husnan Bey memotivasi para santri agar berani untuk bermimpi dan melangkah untuk mewujudkan mimpinya tersebut.
Ia juga menandaskan agar para santri melatih mental dan karakternya, sehingga menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah dalam mencapai tujuannya. Serta, kata dia, dengan menjaga dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
“Selain berikhtiar, jangan lupa memperbanyak ibadahnya, munajatnya, jangan lupa tahajudnya, dhuhanya, apalagi salat wajibnya jangan sampai tertinggal, panjatkan doa,” tandasnya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan, terdapat enam ciri-ciri dan karakter yang harus dimiliki oleh para santri.
“Pertama progresif, kedua kreatif, ketiga proaktif, keempat inovatif, kelima visioner, dan keenam futuristik,” tandas Husnan Bey.