MAKLUMAT – Provinsi Jawa Timur (Jatim) memasuki masa pancaroba yakni peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan hujan dengan intensitas beragam, mulai dari ringan hingga lebat, akan terjadi di sejumlah wilayah di provinsi ini.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, Taufiq Hermawan, dalam keterangan resminya, dikutip pada Kamis (3/9), menjelaskan bahwa wilayah Jawa Timur akan menghadapi masa pancaroba mulai Oktober 2024. Di beberapa daerah, musim hujan bahkan sudah dimulai.
“Pada masa peralihan ini, hujan cenderung turun pada sore atau malam hari, dengan intensitas mulai dari ringan, sedang, hingga lebat, sering disertai petir dan angin kencang,” ujar Taufiq.
Suhu permukaan laut di perairan Jawa Timur, menurut Taufiq, saat ini masih hangat dengan anomali suhu antara -0,05 hingga 2,0 derajat Celsius. Hal ini menyebabkan ketersediaan uap air yang cukup tinggi di atmosfer.
Indeks El Niño–Southern Oscillation (ENSO) saat ini terpantau netral, namun diperkirakan akan terjadi fenomena La Nina lemah pada Oktober 2024.
“Angin monsun baratan diprediksi memasuki wilayah Jawa mulai November 2024,” lanjutnya.
Cuaca Ekstrem
Kondisi atmosfer tersebut berpotensi memicu terbentuknya awan Cumulonimbus yang intens. Awan cumulonimbus adalah jenis awan besar yang menjulang tinggi dan dikenal sebagai awan petir. Bentuknya menyerupai jamur, dengan bagian atas yang lebar dan batas tegas, serta bagian bawah berwarna gelap dan bergelombang.
Awan ini terbentuk dari uap air yang mengembun di troposfer bawah dan dibawa oleh arus udara kuat. Dampak dari awan ini menimbulkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, hingga hujan es.
BMKG mencatat bahwa musim hujan di Jawa Timur akan dimulai antara dasarian ketiga September hingga dasarian pertama Desember 2024.
Sebagian besar wilayah diperkirakan mulai mengalami hujan pada dasarian kedua November 2024, dengan puncak musim hujan diproyeksikan terjadi pada Februari 2025.
Masyarakat Jawa Timur diimbau untuk bersiap menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Dampak dari cuaca ekstrem, seperti genangan air, banjir, banjir bandang, angin kencang, pohon tumbang, dan tanah longsor. Pemerintah daerah diharapkan meningkatkan kesiagaan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan.