MAKLUMAT — Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) alias Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memberangkatkan 29 relawan untuk membantu penanganan banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, yang dilepas dalam prosesi di Aula Gedung Muhammadiyah DIY pada Kamis (4/12/2025).
Ketua LRB/MDMC PWM DIY, Indrayanto, menjelaskan bahwa para relawan akan diterjunkan ke Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Aceh Selatan. Kloter pertama terdiri atas 5 orang tim kesehatan, 10 orang tim dukungan psikososial, 10 orang tim logistik, serta 4 orang tim manajemen keposkoan dan informasi. Tim medis akan bertugas bergantian setiap 15 hari, sementara tim nonmedis bekerja selama 30 hari.
“MDMC DIY ditugaskan di Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Aceh Selatan. Akses menuju lokasi masih sangat sulit, termasuk ke Takengon, Aceh Tengah,” ujarnya.
Relawan MDMC DIY akan difasilitasi oleh MDMC Wilayah Aceh dan MDMC Daerah Aceh Barat Daya untuk memasuki wilayah terdampak. Mereka bakal memberikan enam layanan utama, yaitu kesehatan, dukungan psikososial, makanan siap saji, layanan air bersih, hunian darurat, dan pendidikan darurat.
“Ini tugas berat, tapi menjadi tanggung jawab kemanusiaan Muhammadiyah. Kami titip jaga kesehatan dan jaga marwah Muhammadiyah,” tandas Indrayanto.
Selain DIY, relawan MDMC dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat juga dijadwalkan bergabung. Seluruh tim akan berkumpul terlebih dahulu di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Menteng, Jakarta, sebelum melanjutkan perjalanan ke Sumatera.
Di sisi lain, Ketua Lazismu DIY Jefree Fahana ST MKom menandaskan dukungan penuh pihaknya bagi para relawan MDMC, termasuk menyiapkan dukungan pendanaan bagi keberangkatan relawan.
“Sebagai pertanggungjawaban, Lazismu DIY menggelontorkan dana sebesar Rp450 juta untuk MDMC DIY. Ini belum seberapa, karena kebutuhan di lapangan sangat besar,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dana tersebut merupakan dana yang dihimpun dari para muzakki, donatur, serta mitra yang selama ini mempercayakan zakat dan donasinya kepada Lazismu DIY. Kantor daerah dan layanan Lazismu se-DIY juga telah diminta untuk aktif menggalang dana bagi penanganan bencana di Aceh.
“Setiap rupiah yang disalurkan menjadi amal jariyah yang langsung dirasakan warga terdampak,” tambah Jefree.
Dari sektor kesehatan, dukungan juga datang dari Direktur Utama RSU PKU Muhammadiyah Bantul, dr Nurcholid Umam, yang pernah bertugas di Aceh pascatsunami 2004. Ia menilai kondisi kali ini jauh lebih berat.
“Dari informasi terakhir, hampir seluruh wilayah terdampak. Tidak ada rumah sakit yang berfungsi kecuali RS Zainoel Abidin Banda Aceh. Di Gayo Lues, RSUD terputus aksesnya, tenaga medis banyak yang jadi korban, dan puskesmas juga lumpuh,” katanya.
Ia meminta tim medis MDMC DIY membantu mengaktifkan kembali layanan kesehatan setempat, minimal puskesmas. Ia juga berharap ke depan para relawan dapat merintis RS PKU Muhammadiyah di sana.
“Semoga nanti relawan bisa merintis RS PKU Muhammadiyah Gayo Lues sebagai kontribusi jangka panjang untuk masyarakat,” tandas dr Nurcholid.
Sementara itu, Sekretaris MPKU PWM DIY, Alif Khoiruddin Azizi SE MM, menyebut bahwa keberangkatan relawan merupakan bentuk dakwah bil hal Muhammadiyah.
“Kondisi lapangan sangat berat, karenanya koordinasi dengan relawan setempat menjadi kunci. Kami doakan pulang dengan sehat dan selamat,” sebutnya.
Apresiasi turut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, dr Gregorius Anung Trihadi, atas keberangkatan rombongan relawan MDMC DIY yang menjadi tim pertama dari Yogyakarta untuk membantu Aceh. Menurutnya, pengalaman panjang MDMC dalam penanganan bencana akan sangat membantu proses pemulihan di Aceh.
“Atas nama Pemda DIY, kami menyampaikan salam dan komitmen Bapak Gubernur Sri Sultan HB X. Bantuan akan disalurkan secara bertahap melalui mekanisme yang sedang disusun,” katanya.
Sementara itu, Wakil Bendahara PWM DIY, Dede Haris Sumarno SE MM, memberi amanat kepada para relawan agar menjaga integritas dan semangat pengabdian. “Relawan datang membawa harapan, pelayanan, dan ketulusan. Pegang teguh prinsip One Muhammadiyah One Response (OMOR) agar seluruh kerja kemanusiaan terkoordinasi dengan baik,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya menghormati tokoh adat, ulama, dan masyarakat setempat, serta berkomunikasi dengan santun. “Datanglah dengan gembira, bekerjalah dengan sistem, hormati adat setempat, dan pulanglah tanpa meninggalkan masalah baru,” pungkas Dede.