MAKLUMAT — Sebuah meja elegan berbahan marmer atau bathtub mewah yang terpajang di hotel bintang lima dunia, tak lahir dari tangan satu orang. Di balik kemewahan itu, tersembunyi ratusan tangan yang bekerja dalam senyap—memotong, mengukir, memoles, hingga mengemasnya menjadi karya yang memikat mata dunia. Di sebuah pabrik yang berdiri kokoh di Ngoro, Mojokerto, batu marmer tak lagi sebatas bongkahan alam, tetapi menjelma jadi simbol keindahan dan kerja kolektif anak bangsa.
Adalah Peter S. Tjioe, pendiri dan direktur kreatif MM Galleri, yang telah mengabdikan hidupnya di industri ini. Saat ditemui Maklumat.id pada Selasa (24/6/2025), Peter mengenang awal mula perjalanannya. Ia memulai usaha dari industri rotan pada tahun 1992, sebelum akhirnya terjun ke pengolahan batu alam. Kini, MM Galleri menjelma sebagai salah satu pemain utama industri marmer Indonesia yang produknya menembus pasar global.
Peter—yang oleh rekan-rekannya akrab disapa demikian—sejak awal percaya bahwa kekuatan Indonesia bukan hanya pada kekayaan sumber daya alam, tetapi juga pada tangan-tangan kreatif warganya. Baginya, orientasi industri tak harus selalu pada produksi massal dengan harga murah. “Kita ini punya potensi. Tidak harus selalu fokus pada bagaimana menciptakan barang yang banyak dan murah untuk pasar internasional. Namun juga produk jadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi,” ujarnya sembari menunjukkan produk-produk marmer seperti meja, bathtub, hingga gitar marmer pertama di dunia.
Prinsip itu bukan sekadar idealisme. Di pabriknya, sekitar 250 karyawan bekerja setiap hari, menciptakan produk dengan ketelitian dan presisi tinggi. Jumlah itu belum termasuk mereka yang bekerja di showroom dan kantor pemasaran yang tersebar di Bali, Surabaya, Jakarta, Singapura, dan negara lain.
Bagi Peter, tiap pekerja bukan sekadar operator, tapi bagian dari proses kreatif. “Produk kami bukan sekadar barang dagang, melainkan karya bernilai seni tinggi,” tegasnya. Di sinilah mesin dan manusia bersinergi. Mesin hadir demi presisi dan kecepatan, sementara manusia menyumbangkan kreativitas dan sentuhan seni yang memerlukan ketelatenan.
Apalagi, MM Galleri dikenal sebagai spesialis produk custom—pesanan khusus yang menuntut detail sempurna. “Tidak semuanya bisa dikerjakan mesin, tapi juga tidak bisa sepenuhnya mengandalkan manusia. Butuh keseimbangan,” terang Peter, menekankan pentingnya teknologi dan keterampilan bekerja berdampingan.
Buah kerja keras dan visi jangka panjang membawa MM Galleri menjalin kemitraan dengan brand dan desainer papan atas. Louis Vuitton, Dior, hingga jaringan hotel Grand Mercure telah menjadi klien mereka. Bahkan, nama besar seperti Philippe Starck dan Yamazaki tercatat pernah berkolaborasi untuk melahirkan desain eksklusif berbahan marmer buatan Mojokerto.
Di balik kesuksesan itu, inovasi memegang peranan penting. Peter menyebut teknologi sebagai kunci efisiensi dan daya saing. MM Galleri kini memiliki teknologi pembengkokan marmer, mesin CNC 7-sumbu, hingga kemampuan membuat marmer setebal 8 mm yang tetap kokoh. “Kita memang harus punya paradigma saintifik kalau mau mengatasi problem,” ujarnya menekankan pentingnya penguasaan teknologi, bukan sekadar membeli alat, tetapi ikut andil dalam pengembangannya.
Inovasi Marmer
Inovasi itu bukan hanya tentang kecanggihan. Ini juga soal keberlanjutan. Marmer kini bisa dipotong lebih tipis, dibengkokkan tanpa retak, serta dimanfaatkan secara maksimal untuk mengurangi limbah. Semua itu membuat proses produksi semakin efisien dan ramah lingkungan.
Sebagai Dewan Pakar Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Peter melihat lebih luas. Menurutnya, tantangan industri nasional bukan semata soal pasar atau bahan baku, tetapi mentalitas. Ia berharap lebih banyak anak muda yang mau terjun langsung, bekerja nyata, dan berpikir keras untuk menciptakan sistem dan strategi nyata bagi masa depan industri nasional.
“Kita jangan hanya bicara, jangan hanya koar-koar, apalagi saling bertengkar. Mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi bangsa ini butuh kerja nyata, butuh orang-orang yang mau turun tangan, bukan sekadar tunjuk tangan,” pungkasnya.