MAKLUMAT — Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pangan menggalakkan program ketahanan pangan berbasis keluarga dan berencana bakal melakukan edukasi ketahanan pangan sejak di jenjang sekolah.
Meski belum menjadi program resmi, wacana untuk edukasi sejak dini di jenjang sekolah ini muncul sebagai bagian dari pandangan jangka panjang dalam membangun sistem ketahanan pangan yang lebih sistemik.
Staf Menko Pangan, Dr A Basuki Babussalam SH MH, mengatakan bahwa saat ini kementeriannya masih fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, terutama mendorong swadaya masyarakat di sektor pangan.
“Pertama kita menjawab kebutuhan swadaya ini kebutuhan awal yang kita lihat berdasarkan tingkat kepentingannya masing-masing. Setelah kemudian swadaya ini jalan, tentu kemudian setelah ini ketahanan-ketahanan yang lain,” ujarnya kepada Maklumat.ID, saat di Blessing Hills, Trawas, Mojokerto, Sabtu (28/6/2025).
Basuki menyebut bahwa arah untuk memasukkan materi ketahanan pangan dalam pembelajaran anak-anak memang ada, namun sejauh ini masih sebatas rencana awal. Ia mencontohkan praktik di Jepang yang memasukkan edukasi kebencanaan ke dalam sistem sekolah sebagai respons atas kondisi geografis mereka.
“Jadi bahkan nanti termasuk pembelajaran untuk anak-anak, insya Allah harusnya diajarkan. Kita ingin seperti teman-teman di Jepang misalnya, yang mengajarkan soal bencana, karena tiap hari ada potensi bencana,” terang Basuki.
Lebih lanjut, Basuki menegaskan bahwa arah kebijakan Kemenko Pangan, khususnya dalam konteks ketahanan pangan tetap melihat prioritas dan kebutuhan yang mendesak.
Ia juga menyinggung keprihatinan terhadap minimnya regenerasi petani. “Mayoritas petani saat ini sudah tua-tua, sudah berusia lanjut, sehingga diperlukan pendekatan baru untuk memperluas partisipasi masyarakat,” sorotnya.
Selain itu, ia menyebut bahwa kementeriannya tengah mendorong ketahanan pangan berbasis keluarga, dengan mengajak keluarga-keluarga di Indonesia gemar menanam, meskipun di lahan terbatas, ataupun dengan media tanam yang lain.
“Minimal kalau ada lahan kecil begitu di depan rumah, itu bisa menanam sayu-sayur, atau misal bisa dengan cara hidroponik, dan sebagainya. Minimal dengan itu bisa bermanfaat atau memenuhi untuk keluarganya sendiri,” kata Basuki.
Menurutnya, keluarga bisa mulai dari hal-hal sederhana, seperti menanam di lahan sempit atau beternak ayam dalam skala kecil. Ia menyebut, beberapa keluarga di kampung-kampung sudah ada yang memelihara 5–20 ayam, misalnya untuk mencukupi kebutuhan telur.
“Itu telurnya bisa untuk kebutuhan pangan keluarga. Karena itu namanya kan ketahanan pangan berbasis keluarga. Ini nanti akan terus kita kembang,” pungkas Basuki.