MAKLUMAT — Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menegaskan komitmen lembaganya dalam mendukung riset keanekaragaman hayati di Indonesia. Menurutnya, riset tidak hanya berhenti pada penemuan spesies baru, tetapi juga diarahkan pada pemanfaatan data untuk mendukung kebijakan berbasis sains.
Hal itu diungkapkan Handoko dalam peluncuran Status Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia Ekoregion Sumatra dan Sulawesi di Jakarta, Selasa (19/8/2025).
“Kami melanjutkan komitmen untuk mendukung tidak hanya identifikasi melalui penemuan-penemuan spesies melalui ekspedisi tetapi juga upaya-upaya untuk melakukan preservasi, konservasi dan memanfaatkan seluruh data-data tersebut untuk mendukung kementerian dan lembaga terkait, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup sebagai bagian dari science and evidence-based policy,” ungkapnya.
“Dan tentu ini akan jadi bagian juga dari perencanaan pembangunan nasional yang digawangi oleh Bappenas,” sambung Handoko.
Ia juga menyampaikan apresiasi atas inisiatif peluncuran dokumen tersebut. “Ini merupakan kehormatan bagi kami hadir pada kesempatan peluncuran status kekinian kehati Indonesia, khususnya untuk Ekoregion Sumatra dan Sulawesi. Saya berterima kasih kepada Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN beserta tim yang membantu kurasi final dokumen ini,” ujarnya.
Handoko menekankan bahwa riset keanekaragaman hayati sangat relevan untuk forum internasional, seperti COP maupun CITES.
Ia menambahkan, BRIN juga memiliki mandat sebagai scientific authority untuk keanekaragaman hayati darat, sedangkan untuk perairan dijalankan bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Kami akan terus menyediakan data dan melakukan pembaruan. Bahkan setiap tahun BRIN menggelar ekspedisi berskala besar yang juga melibatkan mahasiswa dan dosen kampus,” ungkapnya.
Saat ini BRIN tengah melaksanakan ekspedisi di Taman Nasional Gunung Kerihun, Kalimantan Barat. Sebagai tahap awal, mahasiswa biasanya diajak dalam ekspedisi di Taman Nasional Tambling, Lampung, sebelum diterjunkan ke lokasi dengan tantangan lebih berat.
Selain di darat, BRIN juga aktif melakukan ekspedisi laut menggunakan armada kapal riset. Dua kapal kini beroperasi, sementara pembangunan armada baru ditargetkan rampung dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Ia menjelaskan, BRIN tidak hanya fokus pada konservasi, tetapi juga pemanfaatan keanekaragaman hayati. Koleksi besar spesimen di Cibinong, beserta program ekstraksi data genomik, proteomik, metabolomik, hingga senyawa bioaktif, dijalankan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari kekayaan hayati Indonesia.
“Ini baru langkah kecil. Kita harus terus menjaga kekayaan hayati sebagai modal dasar pembangunan bangsa di masa depan. Kita tidak bisa lagi hanya bergantung pada sumber daya alam tak terbarukan, seperti tambang, tetapi harus mengembangkan potensi berbasis komunitas dan sumber daya alam terbarukan, khususnya kehati,” pungkas Handoko.